KOMPAS.com – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom meluncurkan program penanganan stunting terpadu yang menggabungkan inovasi teknologi digital dan pemberdayaan komunitas lokal.
Program tersebut telah berjalan sejak Maret hingga Juni 2025 di empat wilayah prioritas, yakni Pamekasan (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur atau NTT), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Senaru (Nusa Tenggara Barat atau NTB).
Penyelenggaraan program itu bertujuan untuk memberikan solusi konkret dalam mengatasi masalah stunting yang hingga kini masih menjadi tantangan serius di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada 2023, NTT merupakan provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di tingkat nasional. Angkanya mencapai 37,9 persen.
Program penanganan stunting terpadu Telkom diawali dengan kegiatan training of trainer (ToT) bagi para kader kesehatan lokal.
Pada kegiatan itu, para kader dibekali keterampilan digital serta pemahaman komprehensif mengenai isu stunting dan gizi anak.
Salah satu inovasi utama dari inisiatif tersebut adalah penerapan aplikasi Stuntinghub. Platform digital yang dikembangkan oleh Telkom ini membantu kader dalam melakukan pencatatan, pemantauan, dan pelaporan pertumbuhan anak secara berkala.
Setelah pelatihan, para kader melaksanakan penyuluhan di berbagai titik layanan masyarakat, seperti puskesmas, balai desa, dan tempat ibadah.
Aplikasi Stuntinghub pun diimplementasikan di lapangan dan dioperasikan secara langsung oleh kader yang telah terlatih.
SGM Social Responsibility Telkom Hery Susanto mengatakan, program penanganan stunting merupakan bagian dari komitmen Telkom dalam memperluas dampak sosial melalui pemanfaatan digitalisasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mendasar bangsa.
Telkom percaya bahwa digitalisasi harus mampu menjangkau akar permasalahan sosial, termasuk stunting yang sangat krusial.
program penanganan stunting merupakan bagian dari komitmen Telkom dalam memperluas dampak sosial.“Melalui Stuntinghub, kami tidak hanya menghadirkan solusi berbasis teknologi, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku utama perubahan,” ujar Hery dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (19/6/2025).
Inisiatif tersebut juga selaras dengan upaya Telkom dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan mendorong masyarakat yang mampu membawa dampak nyata bagi lingkungannya.
Sebagai bagian dari intervensi gizi, program penanganan stunting terpadu Telkom juga mencakup pelaksanaan 90 hari pemberian makanan tambahan (PMT) untuk anak-anak dengan status gizi buruk.
Menu makanan yang diberikan dirancang berbasis pangan lokal, seperti nasi jagung, sayur kelor, pepes ikan, dan bubur labu.
Semua menu dimasak oleh kader secara mandiri menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan setempat. Distribusi makanan dilakukan setiap hari ke rumah-rumah sasaran.
Kegiatan yang dilakukan oleh Telkom itu pun mendapatkan dukungan luas dari berbagai pemangku kepentingan daerah.
Di Kabupaten Manggarai Barat, pembukaan program dihadiri oleh Wakil Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Maria Falentina Meli, Kepala Dinas Kesehatan Adrianus Ojo, Kepala Telkom Labuan Bajo Natris Humris, perwakilan Yayasan Sundelion Rizkiana Putri, serta jajaran Puskesmas Batu Cermin.
Di Senaru, Pamekasan, dan Makassar, program tersebut juga sukses mendapat respons positif dari masyarakat.
Di masing-masing wilayah, kader kesehatan tidak hanya menjalankan pemantauan gizi, tapi juga berperan sebagai agen perubahan yang mengedukasi masyarakat mengenai signifikansi 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Kami tinggal di kaki gunung, kadang akses ke puskesmas susah. Lewat program dari Telkom, kader sering datang membawa makanan sehat dan memeriksa perkembangan anak saya. Saya juga diajari cara memasak dari bahan yang ada di kebun sendiri,” kata warga Desa Senaru, NTB, Liana Sari.
Telkom sendiri akan terus berupaya memperkuat peran sebagai katalisator perubahan sosial dengan mengedepankan pendekatan berbasis data dan teknologi.
Telkom akan terus berupaya memperkuat peran sebagai katalisator perubahan sosial.Integrasi platform digital dengan peran aktif komunitas lokal menjadi strategi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak dan keluarga.
Upaya itu menjadi kontribusi nyata Telkom dalam mendukung agenda SDGs, khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan) dan poin 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), demi menciptakan generasi masa depan yang lebih sehat dan tangguh.