KOMPAS.com - Fenomena gagal bayar akibat penggunaan kredit cepat secara tidak bijak kian mengkhawatirkan. Banyak masyarakat terjerumus dalam tumpukan utang, baik di sektor pinjaman online ilegal maupun legal.
Salah satu pemicunya adalah ajakan untuk tidak membayar utang di platform ilegal, yang kemudian turut memengaruhi kepatuhan di layanan legal.
Minimnya literasi keuangan di kalangan masyarakat memperburuk kondisi tersebut. Tanpa pemahaman memadai, risiko keuangan pribadi dapat mengancam stabilitas ekonomi keluarga.
Untuk itu, penting bagi masyarakat memahami cara menggunakan fasilitas kredit cepat secara bijak agar terhindar dari jeratan utang yang berlebihan. Berikut adalah panduannya.
Pinjaman legal merupakan layanan keuangan yang diawasi lembaga resmi seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Layanan ini memiliki aturan bunga, tenor, dan prosedur yang transparan.
Sebaliknya, pinjaman ilegal sering menawarkan iming-iming pencairan cepat dengan syarat longgar, tapi kerap menyembunyikan praktik bunga tinggi hingga potensi penipuan.
Untuk memastikan keamanan, masyarakat disarankan mengecek status legalitas penyedia kredit melalui situs resmi OJK.
Jangan mudah tergoda dengan penawaran dana cepat tanpa persyaratan ketat. Memilih layanan legal tidak sekadar menjaga keamanan finansial, tetapi juga memastikan hak-hak konsumen terlindungi.
Sebelum mengajukan kredit cepat, penting untuk mengevaluasi apakah kebutuhan tersebut memang mendesak atau sekadar keinginan sesaat.
Misalnya, pembelian barang elektronik baru dapat ditunda apabila kondisi keuangan sedang tidak stabil. Penyusunan prioritas pengeluaran akan membantu mencegah pengambilan utang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Salah satu platform kredit digital, Kredivo, menawarkan fasilitas cicilan satu bulan tanpa bunga khusus untuk member Premium.
Meskipun menguntungkan, pengguna tetap harus mempertimbangkan kemampuan pembayaran agar tidak terjebak dalam utang berkepanjangan.
Kredivo menyediakan limit kredit hingga Rp 50 juta bagi member Premium. Namun, jumlah tersebut sebaiknya dimanfaatkan secara bijak dan sesuai kebutuhan riil.
Penggunaan kredit cepat memerlukan pengaturan anggaran yang disiplin. Idealnya, alokasikan maksimal 30 persen dari pendapatan bulanan untuk membayar cicilan.
Misalnya, bagi individu dengan penghasilan Rp 10 juta per bulan, jumlah cicilan yang aman berkisar Rp 3 juta per bulan. Melebihi porsi tersebut dapat berisiko menimbulkan kesulitan finansial di kemudian hari.
Susun daftar pengeluaran rutin, seperti biaya makan, transportasi, hingga tagihan utilitas, untuk memastikan bahwa pengeluaran pokok tetap terpenuhi. Dengan perencanaan keuangan yang matang, potensi gagal bayar bisa diminimalkan.
Setiap layanan kredit cepat memiliki skema bunga dan biaya tambahan yang perlu dicermati, seperti biaya administrasi atau denda keterlambatan. Pemahaman detail terkait biaya ini penting agar tidak muncul kejutan saat tagihan jatuh tempo.
Beberapa platform memang menawarkan bunga rendah di awal. Akan tetapi, tarif bunganya meningkat signifikan apabila terjadi keterlambatan pembayaran. Oleh karena itu, selalu baca dengan cermat seluruh syarat dan ketentuan sebelum mengajukan kredit.
Bila terdapat ketidakjelasan, sebaiknya langsung meminta penjelasan dari penyedia layanan. Transparansi informasi akan membantu konsumen membuat keputusan finansial yang cermat.
Literasi keuangan yang baik menjadi kunci utama dalam mengelola keuangan pribadi, termasuk penggunaan kredit cepat. Masyarakat perlu memahami cara mengelola uang, mengenali produk keuangan, serta menilai risiko investasi secara bijak.
Berbagai platform edukasi keuangan saat ini menyediakan beragam materi pembelajaran secara daring, mulai dari artikel, webinar, hingga kuis interaktif yang dapat diakses secara gratis.
Pemanfaatan sumber daya itu akan membantu masyarakat meningkatkan pemahaman sehingga mampu memanfaatkan fasilitas kredit dengan lebih aman dan bijak.