KOMPAS.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Manado untuk ketiga kalinya kembali menjalin kemitraan strategis dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur dasar.
Kali ini, kerja sama difokuskan pada perluasan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) demi menjamin akses air bersih yang merata dan berkelanjutan bagi warga Kota Manado.
Berdasarkan data internal Pemkot Manado, pada 2024, cakupan layanan PDAM di Kota Manado baru menjangkau sekitar 22 persen sambungan rumah tangga (SR), sedangkan jumlah penduduk telah mencapai lebih dari 458.000 jiwa.
Padahal, 90 persen masyarakat sebenarnya telah mengakses air bersih, tetapi hanya 20 persen yang menggunakannya dari sumber perpipaan. Ketergantungan terhadap air tanah menjadi perhatian serius karena dampaknya terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perluasan SPAM dinilai sangat mendesak.
Pada kolaborasi kali ini, PT SMI menyalurkan pinjaman daerah senilai Rp 80 miliar kepada Pemkot Manado. Dana ini akan digunakan untuk pembangunan intake di Sungai Malalayang, pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru berkapasitas 150 liter per detik, serta perluasan jaringan distribusi air di sejumlah kecamatan, seperti Malalayang, Singkil, Paal Dua, Sario, dan Tikala.
“Dengan kemampuan dari suatu pemerintah daerah untuk melakukan pinjaman daerah, maka akselerasi ketersediaan infrastruktur—khususnya infrastruktur dasar—bisa menjadi lebih cepat dan bermanfaat langsung bagi masyarakat,” ujar Direktur Utama PT SMI Reynaldi Hermansjah dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
Program tersebut menargetkan peningkatan cakupan layanan air perpipaan hingga 80 persen pada akhir 2029.
Di sisi lain, PDAM Wanua Wenang Manado juga berharap mampu menurunkan tingkat kehilangan air atau Non-Revenue Water (NRW) secara bertahap, dari 29,13 persen pada 2023 menjadi sekitar 26 persen pada 2027.
Wali Kota Manado Andrei Angouw menekankan bahwa proyek tersebut merupakan wujud dari pelayanan publik yang inklusif.
“Kami berusaha secepat mungkin meningkatkan Sambungan Rumah (SR) agar sebagian besar masyarakat terlayani dengan air bersih dan pelayanan yang berkualitas,” katanya.
Kolaborasi tersebut merupakan kelanjutan dari kerja sama antara Pemkot Manado dan PT SMI sejak 2019. Sebelumnya, PT SMI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 120 miliar untuk pembangunan RSUD Kota Manado. Setelah itu, Pemkot Manado juga mengakses pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari PT SMI senilai Rp 205 miliar untuk berbagai proyek, salah satunya revitalisasi Pasar Bersehati—pasar rakyat yang kini tampil lebih bersih, modern, dan menjadi ikon baru pariwisata Manado.
Pasar Bersehati yang dahulu dikenal semrawut, kini menjadi simbol transformasi kawasan perdagangan.
Dengan serapan tenaga kerja lokal sebanyak 518 orang dan penyediaan 1.174 lapak untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), keberadaan pasar tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat.
Tak hanya itu, sejak direvitalisasi, Pasar Bersehati telah menyumbang Rp 700 juta ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado.
“Pasar Bersehati sangat rapi, bersih, dan sistem pengelolaannya modern. Ini bisa menjadi contoh bagi pemerintah daerah lain,” lanjut Reynaldi Hermansjah.
Selain memperkuat perekonomian lokal, keberadaan Pasar Bersehati juga meningkatkan pariwisata Manado. Letaknya yang strategis dengan pemandangan Jembatan Soekarno dan Pelabuhan Manado, serta adanya area food court, menjadikan pasar ini tempat favorit masyarakat, terutama saat matahari terbenam.
Langkah Pemkot Manado yang dinilai progresif dalam memanfaatkan skema pembiayaan kreatif, seperti pinjaman daerah, dinilai mampu menjadi model bagi daerah lain.
Melalui pendekatan pembangunan yang kolaboratif dan inovatif, kota di ujung utara Sulawesi itu perlahan mengubah wajahnya menjadi kota yang modern, inklusif, dan berkelanjutan.