KOMPAS.com – Di tengah gempuran produk teh impor dan merek luar negeri, bisnis teh lokal asal Bogor, Sila Artisan Tea, justru tampil percaya diri memperkuat posisi teh Indonesia di pasar dalam negeri sekaligus menembus rantai pasok global.
Merek teh premium itu lahir dari komitmen untuk menjadikan teh Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan dikenal di mancanegara.
Bernaung di bawah PT Sila Agri Inovasi yang didirikan oleh Redha Taufik Ardias dan Iriana Ekasari pada 2018, Sila Artisan Tea mengusung misi untuk mengangkat citra teh Indonesia sebagai produk unggulan bernilai budaya tinggi.
Perjalanan bisnisnya pun tak lepas dari dukungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang menjadi katalis penting dalam proses ekspansi usaha.
Melalui pendampingan dan fasilitasi dari BRI, Sila Artisan Tea berhasil memperoleh eksposur di tingkat nasional sekaligus memperluas jangkauan pasarnya hingga ke luar negeri.
“Kalau kita datang ke hotel bintang lima atau kafe premium, sering kali yang disajikan adalah teh dari luar negeri. Kami ingin menghadirkan teh lokal Indonesia dengan pendekatan yang relevan, modern, dan berkelanjutan,” ujar Redha dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (6/7/2025).
100 persen daun lokal dari petani teh lokal
Sila Artisan Tea dikenal sebagai pionir teh artisan Indonesia. Seluruh produknya diracik dari 100 persen daun teh Indonesia berkualitas tinggi dan telah memenuhi standar keamanan pangan, termasuk sertifikasi halal dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP).
Konsistensi dalam menjaga mutu dan proses produksi membuat produk Sila diterima di berbagai segmen pasar premium.
Saat ini, Sila Artisan Tea telah hadir di jaringan hotel, restoran, dan kafe di sejumlah kota besar, mulai dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Bali, hingga Labuan Bajo.
Tak hanya di dalam negeri, produk Sila juga telah menembus pasar internasional, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Austria, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada, termasuk melalui kanal penjualan e-commerce.
Selain fokus pada kualitas produk, Sila juga menunjukkan komitmen kuat dalam pemberdayaan petani teh kecil di berbagai daerah.
Redha menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan petani teh dari wilayah Yogyakarta, Batang, Cianjur, dan Sukabumi.
Sebelum bermitra dengan Sila, para petani itu umumnya hanya menjual hasil panen dengan harga sekitar Rp 15 ribu per kilogram. Setelah mendapatkan pelatihan, pendampingan, serta menerapkan teknik pengolahan yang tepat, nilai jual teh meningkat signifikan hingga Rp 1 juta per kilogram.
Saat ini, Sila membina delapan petani utama yang masing-masing memiliki kelompok pemetik teh. Satu petani dapat melibatkan hingga 25 pemetik. Dengan demikian, secara tidak langsung, Sila turut membuka peluang ekonomi bagi ratusan orang dalam rantai pasoknya.
Naik kelas bersama BRI
Redha menuturkan bahwa peran BRI dalam mendukung pertumbuhan Sila sangat signifikan. Sejak menjadi nasabah BRI pada 2021, Sila telah memperoleh akses pembiayaan usaha melalui skema Kredit Modal Kerja (KMK).
Tak hanya pembiayaan, BRI juga memberikan dukungan lewat berbagai program pemberdayaan UMKM. Sepanjang 2024, Sila ikut serta dalam program Growpreneur Pengusaha Muda BRILiaN, bahkan tampil di ajang internasional FHA HoReCa Singapore.
Memasuki 2025, Sila kembali menunjukkan kiprahnya dengan mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) pada Januari 2025.
Pada ajang tersebut, PT Sila Agri Inovasi berhasil meraih penghargaan Juara 1 The Best Expo yang menilai produk UMKM berdasarkan kualitas, produktivitas, inovasi, adaptasi digital (go digital and go online), serta keberhasilan menembus pasar ekspor.
Atas pencapaian tersebut, Sila mendapat kesempatan untuk tampil di FHA Food and Beverage Singapore pada 8–11 April 2025.
“Bagi kami, ini bukan sekadar kesempatan menjual, melainkan juga ruang belajar melalui masukan dari pengunjung. Itu jadi bekal berharga untuk terus berinovasi,” ujar Redha.
Menurut Redha, berbagai program pendampingan dari BRI memperluas wawasan kewirausahaannya sebagai pelaku UMKM. Keikutsertaan dalam pameran juga berkontribusi besar terhadap peningkatan eksposur dan kredibilitas merek Sila.
Secara terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan bahwa kisah Sila Artisan Tea menjadi contoh nyata komitmen BRI dalam mendorong UMKM naik kelas.
“Kami melihat UMKM lokal memiliki potensi besar untuk tumbuh dan memberi dampak positif bagi masyarakat. BRI secara konsisten mendukung mereka lewat pembiayaan, pendampingan, dan akses pasar, terutama bagi usaha yang mengedepankan prinsip keberlanjutan atau ESG,” ujar Hendy.