KOMPAS.com – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal di Tanah Air berhasil menunjukkan eksistensinya di pasar global. Dengan kualitas produk yang terus meningkat dan semangat inovasi yang tinggi, pelaku UMKM dapat menarik perhatian pasar internasional.
Hal itu terlihat dalam ajang FHA Food & Beverage 2025 di Singapura, Selasa (8/4/2025)–Jumat (11/4/2025), pameran yang menjadi wadah strategis untuk memperkenalkan produk lokal ke dunia.
Menariknya, dalam ekspo tersebut, terdapat UMKM lokal binaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) atau BRI asal Padang, Sumatera Barat (Sumbar), yang berhasil mendapatkan sorotan dari klien international.
UMKM tersebut adalah L`île Chocolate. UMKM ini membuktikan bahwa produk lokal juga punya potensi yang besar dan berkesempatan untuk bersaing dalam skala internasional.
Pemilik L`île Chocolate Priscilla Raisa Partana mengatakan, keikutsertaannya dalam ajang tersebut membuka jalan untuk pertumbuhan usahanya, terutama dalam menjangkau pasar global.
“Tren craft chocolate di Indonesia sedang mulai berkembang. Rasanya seperti momen yang tepat. Kami pun mulai mengolah kakao varietas BL50, klon lokal yang ditemukan secara tidak sengaja oleh petani setempat,” ujar Priscilla dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (28/7/2025).
Klon tersebut, lanjut dia, sangat cocok dengan kontur tanah dan iklim Sumatera Barat.
“Hasil produksinya pun bisa mencapai 2-3 ton per pohon, jauh lebih tinggi ketimbang klon lain yang hanya sekitar 500 kg,” tutur Priscilla.
Bangkit dari pandemi
Sebagai informasi, L`île Chocolate merupakan bagian dari PT Sumatra Coklat, sebuah usaha cokelat asal Padang yang mengusung konsep tree-to-bar. Usaha ini mengolah kakao dari hulu ke hilir secara mandiri.
Seluruh proses produksi, mulai dari memasok bahan kakao hingga pengemasan akhir, dilakukan di Sumbar dengan melibatkan sejumlah petani lokal sebagai mitra.
Meski penuh optimisme saat membangun L`île Chocolate, Priscilla tetap tak luput dari tantangan besar yang sempat membuat usahanya nyaris berhenti total.
“Pandemi (Covid-19) menjadi masa yang sangat berat. Padahal, sebelumnya kami sudah mulai punya banyak buyer internasional, bahkan sempat kirim produk ke London dan beberapa wilayah di UK. Namun, saat pandemi datang, semua buyer menghilang dan membuat kegiatan ekspor berhenti total,” kenang Priscilla.
-Situasi tersebut membuat usahanya sempat berada dalam kondisi “mati suri”. Alih-alih menyerah, Priscilla memilih bertahan dan mencari cara agar bisnisnya bisa kembali bangkit.
Pemulihan bisnisnya tidak terjadi seketika. Ia mulai menata ulang strategi bisnis secara perlahan, salah satunya dengan memperkuat pasar lokal terlebih dahulu sebagai fondasi untuk tumbuh kembali.
Dari segi pertumbuhan bisnis, awalnya memang berjalan lambat. Namun, pihaknya sangat terbantu dengan keberadaan kafe di Padang yang menjual produk turunan cokelat seperti kue, minuman, dan cookies.
Lalu, permintaan dari pembeli internasional kembali meningkat, terutama melalui produk unggulan mereka, yaitu chili chocolate cassava rocher, cokelat khas lokal yang berisi singkong balado sebagai pengganti kacang hazelnut seperti pada Ferrero Rocher.
Selain itu, penjualan juga telah merambah ke segmen hotel restoran dan kafe (horeka), seperti resor-resor di Mentawai dan Bali.
“Di sisi lain, pandemi juga membuka jalan baru untuk kami. Saat salah satu buyer dari London membatalkan pesanan, kami melihat peluang untuk masuk ke pasar retail Jakarta,” imbuhnya.
Dukungan BRI
Keikutsertaan L`île Chocolate dalam FHA Food & Beverage 2025 Singapura tersebut menjadi langkah strategis yang membawa dampak nyata.
Priscilla mengaku bahwa pameran ini berbeda dari event yang biasanya ia ikuti karena produk yang ditampilkan dikurasi ketat oleh BRI bersama Atase Perdagangan Singapura.
Hasilnya, buyer yang hadir bukan hanya ramai, melainkan juga berkualitas dan sudah memahami nilai produk yang mereka cari. Pengalaman mengikuti ekspo di Singapura ini meninggalkan kesan positif bagi Priscilla.
Menurutnya, kegiatan tersebut tidak hanya bermanfaat dari sisi promosi, tetapi juga dari segi pendampingan dan dukungan yang diberikan.
“Kalau ada kesempatan untuk ikut lagi, apalagi di luar negeri, saya tentu sangat antusias untuk berpartisipasi kembali,” tutur Priscilla.
Secara terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan bahwa BRI senantiasa berkomitmen menjalankan berbagai program pemberdayaan demi mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia.
“UMKM memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pilar kekuatan ekonomi nasional dan sekaligus berperan dalam memperkenalkan budaya Indonesia melalui produk lokal ke pasar global,” ujar Hendy.
Dengan dukungan yang tepat, UMKM mampu memperluas cakupan usahanya secara berkelanjutan, meningkatkan daya saing, dan bahkan menembus pasar internasional.
“Kisah Pelaku UMKM L`île Chocolate dari Padang menjadi salah satu cerita sukses pelaku UMKM binaan BRI yang mendapat kesempatan untuk bisa go global dan meningkatkan skala usaha” tegas Hendy.