Advertorial

Gandeng Telkom University, Telkom Luncurkan Sistem Pemantau Kualitas Udara IAQMS

Kompas.com - 17/09/2025, 16:35 WIB

KOMPAS.com - Tingginya polusi udara di Kota Jakarta mendorong PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) untuk mengambil langkah konkret untuk mewujudkan lingkungan yang lebih bersih.

Menggandeng Telkom University, Telkom meluncurkan Indoor Air Quality Monitoring System (IAQMS) di Telkom Landmark Tower, Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Inovasi tersebut dihadirkan guna memantau kualitas udara dalam ruang kerja secara real-time dengan sensor canggih.

Telkom mengeklaim bahwa sistem IAQMS mampu mengukur berbagai parameter kualitas udara, seperti PM2.5, kadar CO2, suhu, dan kelembapan.

Data yang diperoleh divisualisasikan dalam bentuk dasbor berbasis web lengkap dengan rekomendasi otomatis mengenai sirkulasi udara, ventilasi, hingga pengelolaan energi.

Senior General Manager Social Responsibility Telkom Hery Susanto mengatakan, Telkom sebagai perusahaan digital memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan berkelanjutan yang mendukung produktivitas di lingkungan kerja.

“Implementasi IAQMS merupakan langkah strategis untuk memastikan karyawan tetap terlindungi di tengah tantangan kualitas udara perkotaan,” ujar Hery dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (17/9/2025).

Hery melanjutkan, inovasi tersebut tidak hanya dihadirkan melalui layanan digital yang menjangkau seluruh pelosok negeri, tetapi juga lewat inisiatif keberlanjutan.

“Layanan tersebut (diharapkan) berdampak langsung terhadap kesehatan, kenyamanan, dan produktivitas sumber daya manusia (SDM) sebagai aset utama perusahaan,” kata Hery.

Solusi buruknya kualitas udara

Langkah tersebut diambil Telkom tersebut muncul di tengah kondisi kualitas udara yang semakin memburuk.

Menurut laporan IQAir Juli 2025, Jakarta menempati peringkat pertama sebagai kota yang udaranya paling tercemar oleh polusi.

IQAir juga mencatat polusi di Ibu Kota disebabkan oleh emisi industri, kendaraan bermotor, dan aktivitas manusia, seperti pembakaran sampah. Akibatnya, kualitas udara Jakarta tercemar dan berisiko mengganggu sistem pernapasan manusia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) pada Juni 2025 menyebut, kualitas udara di Jabodetabek telah memasuki kategori “Tidak Sehat” hingga “Sangat Tidak Sehat” dengan peningkatan signifikan konsentrasi PM2.5 sejak musim kemarau tahun ini. Isu ini menjadi pengingat perlunya aksi kolektif berbagai pihak.

Selain merespons polusi udara, program tersebut juga diyakini mampu memberi efisiensi energi dan penghematan biaya kesehatan.

Berdasarkan analisis, implementasi IAQMS menghasilkan return on investment (ROI) sebesar 235,8 persen, yang mana setiap Rp 1 investasi memberikan manfaat Rp 3,36.

Adapun program tersebut bakal diuji operasionalnya selama tiga bulan dengan dukungan penuh garansi dan monitoring menyeluruh.

Ke depan, Telkom berencana memperluas sistem tersebut ke berbagai lokasi strategis perusahaan, seperti Menara Multimedia dan Gedung Serbaguna Digital (GSD).

Program IAQMS menjadi bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Telkom serta bukti komitmen perusahaan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs poin 3, 9, 11, dan 13.

Melalui implementasi IAQMS, Telkom tidak hanya menjaga kualitas udara dan kesehatan karyawan, tetapi juga memperkuat transformasi menuju green workplace di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau