KOMPAS.com — Fenomena aksi massa yang kini tak hanya berlangsung di jalanan, tetapi juga di jagat media sosial, menjadi perhatian serius di Kota Surabaya.
Tagar yang viral di dunia maya dinilai mampu memobilisasi masyarakat, meski terkadang bersumber dari informasi yang tak terverifikasi.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya Arif Fathoni menegaskan pentingnya literasi digital sebagai benteng menghadapi derasnya arus informasi.
Hal itu ia sampaikan saat mengisi kuliah tamu di Universitas Bhayangkara Surabaya, Selasa (16/9/2025).
“Hashtag bisa menjadi pemantik pergerakan massa. Karena itu, literasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak,” kata Fathoni dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (18/9/2025).
Menurut politisi sekaligus mantan aktivis tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya perlu menghidupkan kembali program literasi digital yang sempat dijalankan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.
Ia menekankan, generasi muda harus dilatih memilah serta mengkritisi informasi agar tidak mudah terjebak hoaks.
“Anak-anak muda harus tampil sebagai agent of truth, agen kebenaran yang berani melawan kabar bohong dan narasi manipulatif,” ujarnya.
Fathoni juga mendorong pelibatan komunitas pemuda, seperti Karang Taruna dan Pemuda Tangguh, untuk menjadi motor penggerak.
Menurutnya, literasi digital sebaiknya tidak berhenti di ruang kelas, tetapi tumbuh di ruang-ruang publik.
Selain itu, ia juga mengusulkan agar pemerintah menghadirkan perpustakaan inklusif yang ramah keluarga di kawasan timur Surabaya.
Konsep perpustakaan tersebut tak hanya menyediakan bacaan, tetapi juga ruang interaksi yang nyaman bagi seluruh kalangan.
“Bayangkan anak-anak bisa bermain, sementara orangtua membaca dengan tenang. Perpustakaan seperti itu bisa menjadi pusat literasi sekaligus rekreasi,” tambahnya.
Lebih jauh, Fathoni menilai bahwa kombinasi literasi digital dengan fasilitas membaca yang terbuka akan menciptakan warga kota yang kritis, adaptif, dan tangguh menghadapi perubahan global.
“Pembangunan kota tak hanya tentang infrastruktur fisik, tetapi juga pembangunan pola pikir warganya. Inilah investasi jangka panjang Surabaya,” tandasnya.