KOMPAS.com - Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) memperkuat kesiapsiagaan bencana dan kemandirian ekonomi warga pesisir di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Upaya tersebut dijalankan melalui program pemberdayaan masyarakat oleh BEM bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Untuk Mitigasi Bencana Sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan dan Produktivitas Masyarakat Pesisir Pulau Nusalaut Maluku Tengah”
Program berlangsung di Negeri Leinitu, salah satu negeri atau desa di pesisir Pulau Nusalaut, Selasa (11/11/2025) sampai Jumat (21/11/2025).
Wilayah tersebut berada pada ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan berjarak lebih kurang 70 km dari kampus UKIM.
Wilayah Negeri Leinitu, Maluku.Untuk mencapai lokasi, dibutuhkan perjalanan darat dan laut sekitar 3,5 jam. Dengan kondisi geografis, masyarakat setempat perlu memiliki pemahaman mitigasi bencana serta keterampilan ekonomi berbasis potensi lokal.
Program tersebut melibatkan dua kelompok mitra, yakni Kelompok Pemuda Leinitu (PEMLEI) dan Kelompok Poklasar Arika.
Kedua mitra ini dipilih karena masyarakat pesisir berada pada kawasan rawan bencana, tetapi juga memiliki peluang ekonomi dari sektor hasil laut dan olahan pangan.
Pejabat Negeri Leinitu menyampaikan bahwa program pemberdayaan tersebut memberikan manfaat nyata bagi warga, khususnya kelompok pemuda dan Poklasar Arika.
“Program pemberdayaan masyarakat ini sangat bermanfaat dan berdampak besar bagi kedua mitra, seperti pemasangan alarm gempa bumi Earthquake Warning Alert System (EWAS), jalur evakuasi, titik kumpul, serta pelatihan mitigasi dan pertolongan pertama,” ujar perwakilan pemerintah negeri dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (5/12/2025).
Ia menambahkan bahwa Poklasar Arika juga memperoleh pendampingan intensif dalam pembuatan abon, penggunaan alat produksi, serta teknik pengemasan berlabel.
“Bagi kami, tidak hanya meningkatkan perekonomian keluarga, tetapi juga memperkuat layanan kesehatan masyarakat desa kami,” kata pejabat tersebut.
Pemasangan jalur evakuasi dan titik kumpul bersama Kelompok PEMLEI (Pemuda Leinitu) di Negeri Leinitu Kecamatan Nusalaut Maluku Tengah.Observasi lapangan hingga pelatihan branding
Kegiatan diawali dengan observasi lapangan untuk pemasangan EWAS dan jalur evakuasi serta penentuan titik kumpul.
UKIM memberikan sosialisasi mitigasi bencana, pelatihan penggunaan alat EWAS, hingga pemasangan tanda jalur evakuasi dan titik kumpul kepada PEMLEI.
Sebanyak 20 pemuda mengikuti pelatihan tersebut dengan pendampingan tim BEM UKIM dan dosen pembimbing yang diketuai Ns. Vanny Leutualy, M.Kep serta anggota dosen pendamping Ns. Dene Fries Sumah, M.Kep.,Sp.Kep.MB juga Donny J Pugesehan, M.Sc
Kelompok PEMLEI juga mendapat pelatihan bantuan hidup dasar untuk meningkatkan kemampuan respons darurat saat terjadi bencana. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan masyarakat di wilayah rawan gempa tersebut.
Untuk kelompok Poklasar Arika, fokus program diarahkan pada peningkatan kapasitas produksi pangan lokal.
Peserta memperoleh pelatihan pembuatan abon ikan yang meliputi teknik pengolahan, penggunaan vacuum sealer, pengembangan desain label, dan strategi branding produk.
Dalam sesi praktik, ibu-ibu Poklasar Arika mengolah ikan layar menjadi abon siap jual dengan peralatan produksi yang disediakan.
Pendamping menilai, penggunaan teknologi sederhana, seperti vacuum sealer dan kemasan berlabel, mampu meningkatkan kualitas produk serta membuka peluang pemasaran melalui platform digital.
Dengan demikian, program ini mampu berkontribusi pada peningkatan kemandirian ekonomi keluarga di Negeri Leinitu.
Kolaborasi lintas sektor antara perguruan tinggi, pemerintah negeri, dan kelompok masyarakat disebut menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan program.
Selain memperkuat mitigasi bencana, kegiatan ini mendorong peningkatan kesehatan dan produktivitas ekonomi warga melalui pendekatan edukasi dan pemanfaatan teknologi.
Pelaksanaan program Pemasangan serta Penerapan dan aktivasi EWAS.Puncak kegiatan ditandai dengan penyerahan aset berupa jalur evakuasi, titik kumpul, perangkat EWAS, emergency kit, serta peralatan produksi abon dan kemasan berlabel.
Pemerintah negeri menilai, model kolaborasi seperti ini dapat direplikasi di wilayah lain di Pulau Nusalaut karena memberikan manfaat praktis bagi masyarakat pesisir.
Tim pelaksana dari BEM UKIM dan dosen pendamping menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek)
Kemendiktisaintek telah memberikan dukungan pendanaan melalui skema Mahasiswa Berdampak.
Dukungan tambahan juga datang dari Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UKIM, kelompok pemuda PEMLEI, Poklasar Arika, serta Pemerintah Negeri Leinitu.
UKIM menegaskan bahwa program ini merupakan wujud komitmen perguruan tinggi dalam memperkuat ketahanan masyarakat pesisir melalui pengetahuan, inovasi teknologi, dan pemberdayaan ekonomi.