Advertorial

Koperasi Jadi Kunci Inklusi, Menkop Ferry Dorong Penyandang Disabilitas Bangun Kemandirian Ekonomi

Kompas.com - 07/12/2025, 23:59 WIB

KOMPAS.com – Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono menegaskan, koperasi merupakan jalur paling efektif untuk mewujudkan kemandirian dan inklusi ekonomi bagi masyarakat penyandang disabilitas.

Hal tersebut dia sampaikan saat menghadiri acara Inklusiland bertema “Everyone Shine, Everyone Matters” yang digelar Yayasan Inklusi Pelita Harapan di Tangerang Selatan, Minggu (7/12/2025).

Menurutnya, koperasi dapat membantu mengorganisasi usaha komunitas agar lebih mandiri dan berdaya saing.

Ferry mengatakan, semangat kesetaraan harus menjadi landasan dalam membangun akses ekonomi bagi masyarakat disabilitas.

Dia menyebutkan, semua orang memiliki hak yang sama untuk mengembangkan bakat dan kehidupannya, termasuk bagi penyandang disabilitas.

Politisi Partai Gerindra itu menyampaikan, semua orang terlahir ke dunia ini dalam keadaan sama sehingga setiap orang harus saling membantu.

“Mudah-mudahan ajang ini memberi akses bagi masyarakat disabilitas dalam mengembangkan bakat dan kehidupannya,” ucapnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu.

Sejalan dengan itu, Ferry mengatakan, semangat inklusivitas mulai terwujud, salah satunya dengan kiprah koperasi penyandang tunanetra yang memproduksi Al Quran braille dan menyumbangkannya ke masjid-masjid.

Menurutnya, inisiatif berbasis komunitas tersebut bisa menjadi model pengembangan koperasi bagi komunitas penyandang disabilitas.

“Beberapa waktu lalu, kami didatangi koperasi penyandang tunanetra. Mereka memproduksi Al Quran braille dan menyumbangkannya ke masjid,” katanya.

Ferry menilai, basis komunitas seperti itu cocok bila mempunyai koperasi sehingga bisa bersinergi dengan banyak pihak.

Ia menekankan, koperasi berbasis komunitas dapat menjadi motor penggerak ekonomi inklusif.

Dengan dukungan kementerian terkait, produk-produk yang dihasilkan komunitas disabilitas bisa dikembangkan lebih luas.

“Apa yang dilakukan koperasi tunanetra itu bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua. Basis komunitas dari Yayasan Cahaya bisa didorong untuk punya koperasi agar produk yang dihasilkan teman-teman disabilitas dapat berkembang,” jelasnya.

Dalam sesi talk show di acara tersebut, Ferry mengaku terkejut dengan antusiasme peserta yang terlibat dalam acara Inklusiland dan variasi kegiatan cukup banyak.

“Ini menunjukkan minat acara Inklusiland dari tahun ke tahun luar biasa. Mudah-mudahan pada tahun depan Kemenkop bersama kementerian lain dapat ikut membantu membesarkan kegiatan Yayasan Cahaya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ferry mengatakan, acara Inklusiland bukan hanya wadah hiburan, melainkan juga momentum membangun jejaring ekonomi inklusif.

Ia berharap, Yayasan Inklusi Pelita Harapan dapat membentuk sebuah badan usaha koperasi demi mewadahi seluruh kegiatan ekonomi dan kreativitas dari anggotanya yang mayoritas penyandang disabilitas.

“Dengan koperasi, penyandang disabilitas bisa lebih mandiri dan berdaya saing,” tuturnya.

Turut hadir dalam Inklusiland sejumlah tokoh, antara lain Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Reda Manthovani, Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman, Gubernur Banten Andra Soni, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda, Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad, serta Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Harapan Cahaya Manthovani.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau