Advertorial

Belajar, Bermain, dan Berinteraksi, InklusiLand 2025 Wujudkan Ruang Inklusif bagi Anak Disabilitas

Kompas.com - 09/12/2025, 13:36 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Pagi itu, Agis sudah bersiap untuk pergi, bahkan sebelum matahari benar-benar terbit.

“Dari pagi dia sudah semangat sekali buat mengikuti InklusiLand 2025,” kata orangtua Agis, Dewi, kepada Kompas.com, Minggu (7/12/2025).

Sesampainya di lokasi, antusiasme anak berkebutuhan khusus berusia 16 tahun itu semakin terlihat. Biasa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, hari itu ia berbaur dengan ribuan peserta lain yang mengikuti fun walk pembuka.

Usai kegiatan itu, Agis menjelajahi beberapa zona permainan yang tersedia. Ia mencoba melempar bola di arena boccia, menempelkan gelas di instalasi dinding ekspresi, hingga berfoto di kolam ilusi yang menjadi salah satu titik favorit anak-anak.

Satu hal yang membuat Dewi cukup terkejut adalah keberanian Agis untuk bermain sendiri.

“Biasanya dia tidak mau jauh dari saya, tapi di sini, dia mau main sendiri. Saya senang sekali melihat dia lebih mandiri dan bisa bersosialisasi dengan anak-anak lain,” ujarnya.

Hadirkan ruang yang sulit ditemukan

Momen seperti yang dialami Agis menjadi salah satu alasan di balik penyelenggaraan InklusiLand 2025 oleh Yayasan Inklusi Pelita Bangsa (YIPB) di Hall 10 ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu.

Ketua Harian YIPB Cahaya Manthovani mengatakan, InklusiLand 2025 lahir dari kebutuhan menghadirkan ruang publik yang benar-benar ramah bagi anak disabilitas sebagai ruang yang masih jarang ditemui dalam keseharian.

Ketua Dewan Pembina YIPB, Maya Miranda Ambarsari, menyampaikan bahwa InklusiLand bukan hanya perayaan, melainkan telah menjadi langkah bersama menuju masa depan yang memberi ruang bagi semua untuk tumbuh dan dihargai.

"Kami percaya, kemajuan sebuah bangsa lahir ketika setiap warganya diberi kesempatan untuk hadir, berkarya, dan berperan. Inklusi tentang membuka pintu bagi kesetaraan. InklusiLand menjadi contoh bahwa ketika akses diberikan dan lingkungan disiapkan dengan cinta, sahabat disabilitas dapat bersinar dengan terang yang sama indahnya, bahkan kerap lebih gemilang dari yang pernah kita bayangkan," tutur Maya.

Adapun InklusiLand menghadirkan berbagai aktivitas ramah disabilitas, mulai dari fun walk, permainan sensori, zona seni, hingga panggung ekspresi.

Acara tersebut juga bertujuan menyediakan ruang aman bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bermain, belajar, dan berinteraksi, sekaligus mempertemukan sekolah, komunitas, orangtua, serta pemangku kebijakan dalam satu ekosistem inklusi.

“Anak-anak ini perlu tempat untuk bermain, belajar, dan bertemu teman baru tanpa merasa berbeda,” ujar Cahaya.

Ia menjelaskan bahwa InklusiLand bukan sekadar acara perayaan, melainkan bagian dari gerakan inklusi yang terus diperkuat YIPB melalui berbagai program.

Tahun ini, InklusiLand diikuti sekitar 3.700–4.000 peserta. Angka ini meningkat dari 2.500 peserta pada gelaran serupa yang digelar YIPB pada 2024.

Menurut Cahaya, pertumbuhan tersebut menunjukkan semakin banyak sekolah, komunitas, dan keluarga yang membutuhkan ruang seperti ini.

“Kami ingin memastikan setiap anak punya kesempatan untuk merasakan pengalaman yang menyenangkan dan aman,” ujarnya.

Cahaya menjelaskan, InklusiLand 2025 menghadirkan enam zona utama, mulai dari zona olahraga hingga zona seni dan edukasi.

Pertama, Zona Lestari Para-Juara. Zona ini menjadi salah satu yang menarik perhatian. Di sini, peserta dapat mencoba olahraga boccia atau cabang olahraga yang membawa pulang lima medali bagi Indonesia pada debutnya di Paralympics Paris.

Kedua, Zona Ekspresi Lestari, yakni zona kreatif yang menghadirkan aktivitas upcycle dari gelas plastik, membentuk tulisan inklusiland. Zona ini mengajak masyarakat memahami bahwa kreativitas dapat menjadi sarana perubahan menuju gaya hidup berkelanjutan.

Ketiga, Zona Lestari Hijau. Melalui E-waste Sorying Game, Galeri Tanaman, zona ini mengajarkan bahwa kebiasaan kecil memilah sampah dan menanam dapat membawa dampak besar terhadap bumi.

Keempat, Zona Wirausaha Sirkular. Zona ini menghadirkan pasar UMKM inklusif, area FnB, dan edukasi kategori sampah untuk memperkuat budaya ekonomi sirkular. Setiap transaksi dan interaksi menjadi dukungan nyata bagi pelaku usaha difabel.

Kelima, Zona Inspirasi Lestari. Zona ini sarat inspirasi yang diwujudkan dalam perwujudan cita-cita melalui photobooth AI.

Terakhir, Zona Lestari Pelita Bangsa. Zona ini menyediakan ruang bagi keluarga, sudut konsultasi, area bermain, cap paspor, dan arena gerak cahaya yang dapat dimainkan semua anak. Pengunjung menutup perjalanan dengan Medali Kenangan sebagai simbol “You are part of the movement.”

Sebagai informasi, semua zona dirancang untuk dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak berkebutuhan khusus.

Penghargaan Pelita Bangsa untuk tokoh berkontribusi

Pada kesempatan sama, YIPB turut memberikan Anugerah Inklusi Pelita Bangsa kepada empat tokoh yang dinilai memiliki kontribusi besar dalam gerakan inklusi.

Salah satu penerima penghargaan tersebut adalah Putri Ariani, penyanyi dan penulis lagu penyandang tunanetra yang dikenal luas atas prestasinya.

Yayasan Inklusi Pelita Bangsa memberikan Anugerah Inklusi Pelita Bangsa kepada 4 tokoh disabilitas yang memiliki kontribusi besar besar dalam gerakan inklusi.KOMPAS.com/Anissa Dea Widiarini Yayasan Inklusi Pelita Bangsa memberikan Anugerah Inklusi Pelita Bangsa kepada 4 tokoh disabilitas yang memiliki kontribusi besar besar dalam gerakan inklusi.

Selain itu, penghargaan juga diberikan kepada Rektor Universitas Terbuka Prof Ali Muktiyanto, akademisi dan pelaku seni fotografi Dr Fauzi, dan Founder Aluna Montessori Rina Jayani.

Keempat tokoh tersebut dikenal sebagai sosok aktif dalam bidang pendidikan, seni, dan pengembangan komunitas.

YIPB menilai, mereka merupakan figur penting yang membuka jalan bagi meningkatnya kesadaran publik mengenai kemampuan dan kontribusi penyandang disabilitas.

“Penghargaan ini untuk mereka yang (berkontribusi sekaligus) telah menunjukkan bahwa disabilitas tidak menghalangi seseorang untuk berkarya dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujar Cahaya.

Inklusi sebagai gerakan, bukan hanya seremoni

Dukungan terhadap acara tersebut juga datang dari pemerintah yang terlihat melalui kehadiran sejumlah pejabat pusat dan daerah.

Gubernur Banten Andra Soni dalam sambutannya menegaskan bahwa penyelenggaraan InklusiLand 2025 sejalan dengan upaya memperluas akses bagi penyandang disabilitas.

“Setiap orang memiliki cahaya sesuai dengan tema acara hari ini, ‘Everyone Shines, Everyone Matters’. Tidak ada satu pun dari kita yang tidak bermakna,” ujarnya.

Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten saat ini terus memperluas akses pendidikan bagi penyandang disabilitas.

“Saat ini, ada sekitar 2.600 anak berkebutuhan khusus yang dibiayai Pemprov untuk bersekolah, baik di sekolah negeri maupun swasta,” ujarnya.

Andra melanjutkan, komitmen tersebut sejalan dengan nilai inklusi yang ingin diperkuat melalui kegiatan, seperti InklusiLand 2025.

Pandangan senada disampaikan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos. Ia menilai, format InklusiLand 2025 dapat menjadi model kegiatan inklusi di daerah lain.

“Ini contoh ruang publik inklusif yang konkret. Mulai dari olahraga sampai kesenian, semua terintegrasi. Anak-anak diberi kesempatan beraktivitas sepanjang hari,” katanya.

Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah perlu mulai memetakan potensi komunitas disabilitas di wilayah masing-masing agar dapat mengembangkan program yang mendorong kemandirian mereka.

(Kiri-kanan): Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Gubernur Banten Andra Soni, Ketua Harian YIPB Cahaya Manthovani, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos saat acara InklusiLand 2025 di Hall 10 ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (7/12/2025). KOMPAS.com/Anissa Dea Widiarini (Kiri-kanan): Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Gubernur Banten Andra Soni, Ketua Harian YIPB Cahaya Manthovani, Menteri UMKM Maman Abdurrahman, dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos saat acara InklusiLand 2025 di Hall 10 ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (7/12/2025).

Dari pemerintah pusat, Menteri Koperasi Ferry Juliantono menilai InklusiLand 2025 sebagai kegiatan yang berhasil mempertemukan banyak keluarga dengan penyandang disabilitas dalam satu ruang yang inklusif.

“Saya mengapresiasi penyelenggaraan InklusiLand. Dari sisi manajemen, acara ini mampu menyatukan keluarga dan adik-adik penyandang disabilitas dalam satu ruang yang ramah dan aman,” tuturnya.

Ferry menegaskan bahwa inklusi tidak berhenti pada penyediaan fasilitas, tetapi juga pada kemampuan keluarga penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi.

“Tidak mudah bagi orangtua penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi. Karena itu, UMKM yang melibatkan penyandang disabilitas perlu diperluas—mulai dari pembiayaan, pendampingan, hingga jaringan pemasaran,” katanya.

Ia mencontohkan beberapa koperasi penyandang disabilitas yang sudah berkembang secara mandiri.

“Kami melihat beberapa komunitas disabilitas sudah mampu mengelola koperasi, termasuk produksi Al Quran braille. Basis komunitas seperti ini sangat potensial jika diberi ruang dan dukungan,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan, InklusiLand 2025 merupakan salah satu acara dengan keterlibatan penyandang disabilitas terbesar yang pernah ia hadiri.

“Kegiatan ini dilakukan secara total dan komprehensif, mulai dari olahraga, kreativitas, hingga ruang berekspresi. Ini model yang bisa direplikasi di wilayah lain,” ujar Maman.

Ia melihat format InklusiLand 2025 dapat menjadi contoh dari ruang publik inklusif yang dirancang dengan baik.

“Hal yang penting bukan hanya acaranya, melainkan bagaimana membangun ekosistem agar komunitas disabilitas bisa terus tumbuh dan mandiri, baik secara sosial maupun ekonomi,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah daerah perlu mulai memetakan potensi komunitas disabilitas agar program yang dikembangkan tidak berhenti pada selebrasi tahunan.

“Kegiatan seperti ini memberi gambaran jelas tentang kapasitas mereka. Daerah perlu menyiapkan program lanjutan yang mendukung kemandirian jangka panjang,” ucapnya.

Cahaya melanjutkan, kehadiran InklusiLand 2025 menegaskan bahwa teman-teman disabilitas, termasuk anak-anak, membutuhkan ruang yang mampu menerima mereka secara utuh.

“Kalau ruang itu tidak dihadirkan, mereka akan terus merasa terpisah dari masyarakat. InklusiLand 2025 ingin menunjukkan bahwa mereka layak terlihat, layak bermain, dan layak memiliki masa depan yang sama,” ungkap Cahaya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau