Advertorial

Sinergi Kemenkop dan Pertamina Luncurkan PLTS Percontohan, Hadirkan Listrik bagi Koperasi Nelayan di Pulau Sembur

Kompas.com - 20/12/2025, 19:33 WIB

KOMPAS.com — Kementerian Koperasi (Kemenkop) bersinergi dengan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE), meluncurkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) percontohan di Pulau Sembur, Kelurahan Galang Baru, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (20/12/2025).

Program itu menjadi terobosan penguatan ekonomi rakyat berbasis koperasi, khususnya bagi masyarakat nelayan.

Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono mengatakan, peluncuran PLTS berkapasitas 100 gigawatt tersebut merupakan langkah awal yang bersejarah bagi warga Pulau Sembur. Keberadaan PLTS diharapkan mampu mendukung unit usaha Koperasi Desa (Kopdes) Galang Baru, terutama dalam kegiatan produksi dan pengolahan hasil perikanan.

“Sejak Indonesia merdeka, warga Pulau Sembur belum pernah menikmati listrik yang layak. Hari ini, PLTS koperasi kita mulai untuk memperkuat produktivitas nelayan tangkap dan budi daya,” ujar Ferry dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu.

Hadir dalam acara tersebut Wakil Gubernur Kepulauan Riau Nyanyang Haris Pratama, Komisaris Utama PT Pertamina Mochamad Iriawan, Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri, Anggota Komisi I DPR RI Endidat Wijaya, Ketua DPRD Kota Batam Iman Sutiawan, Sekretaris Kementerian Koperasi Ahmad Zabadi beserta jajaran, serta Direksi Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Koperasi.

Ferry menegaskan, proyek percontohan itu sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ekonomi hijau, mendorong kemandirian desa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui peran aktif koperasi.

“Energi dari PLTS Pulau Sembur akan dimanfaatkan untuk mendukung pabrik es dan cold storage sehingga dapat menurunkan biaya operasional, menjaga kualitas hasil tangkapan, serta meningkatkan nilai tambah produk perikanan,” ujarnya.

Selain menggandeng Pertamina, Kemenkop juga bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta sejumlah kementerian dan lembaga terkait, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, untuk menyediakan solusi energi terbarukan yang andal di desa-desa.

Dalam kolaborasi tersebut, Pertamina NRE berperan sebagai pionir penyediaan energi terbarukan yang dapat langsung dioperasikan di wilayah terpencil.

Dengan dukungan pendanaan dari LPDB), pembangunan energi terbarukan di 5.000 desa ditargetkan terus dipercepat melalui kemitraan dengan Pertamina.

Ferry menambahkan, PLTS di Pulau Sembur Laut dijadikan model percontohan yang diharapkan dapat direplikasi di daerah terpencil lain di Indonesia. Ketersediaan energi yang andal diyakini akan mendorong pengembangan usaha serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Ferry juga menyebutkan, Kemenkop mendapat amanah dari Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan 80.000 desa terpencil di Indonesia memiliki akses listrik dan badan hukum koperasi yang kuat sebagai bagian dari program pembangunan hingga 2025.

Saat ini, sekitar 82.000 badan hukum desa telah terbentuk, dengan 41.000 lokasi siap dibangun infrastrukturnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21.000 desa telah menjadi sasaran pembangunan dengan dukungan berbagai pihak.

Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan, kolaborasi dengan Kemenkop bertujuan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat desa, khususnya yang bergantung pada sektor perikanan.

“Dengan listrik yang tersedia, koperasi desa diharapkan dapat mengembangkan fasilitas cold storage dan produksi es untuk meningkatkan nilai tambah hasil tangkapan nelayan,” kata Simon.

Sebagai bagian dari program tersebut, bantuan langsung diberikan kepada sekitar 200 kepala keluarga (KK), dengan sekitar 90 persen di antaranya berprofesi sebagai nelayan. Kehadiran cold storage dan mesin pembuat es memungkinkan hasil tangkapan bertahan lebih dari delapan jam.

Simon menjelaskan, listrik dari PLTS memungkinkan waktu operasional listrik rumah tangga mencapai 12 hingga 24 jam. Durasi ini jauh lebih lama jika dibandingkan penggunaan genset berbahan bakar diesel yang umumnya hanya mampu menyuplai listrik sekitar enam jam.

“Biaya listrik dari PLTS juga jauh lebih efisien, hanya sekitar sepertiga dari biaya penggunaan diesel. Ini tentu meringankan beban pengeluaran masyarakat,” ujar Simon.

Sebagai informasi, program tersebut memprioritaskan desa-desa yang belum terhubung dengan jaringan listrik dengan target 10.000 desa dari total sekitar 80.000 desa terpencil di Indonesia. Desa yang dipilih juga telah memiliki aktivitas ekonomi berjalan sehingga kehadiran listrik dapat langsung mendukung pengembangan ekonomi lokal.

Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan pun mengapresiasi kolaborasi Pertamina dan Kemenkop dalam mendukung pengembangan Kopdes Merah Putih melalui penyediaan listrik berbasis energi terbarukan.

“Masih ada sekitar 5.000 titik yang akan dibangun oleh Pertamina. Saya mohon doa agar program ini dapat berjalan dengan baik,” tuturnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau