Advertorial

Semangat Perbaikan Gizi dari Pegunungan Jayawijaya

Kompas.com - 02/07/2015, 10:57 WIB

Puluhan balita, dengan lahap menyantap makan siang di Posyandu Ninaiwerek, Desa Walelegama, Distrik Walelegama, Jayawijaya, Papua. Menu makan lengkap bubur ubi,  lauk perkedel jagung, dan sayur berkuah disajikan rutin dalam program makanan tambahan bagi balita, bersamaan dengan kegiatan timbang badan di posyandu binaan Pertamina ini.

Para ibu rumah tangga rata-rata membawa 3 hingga 4 orang anak mereka ke posyandu yang digelar 3 kali setiap bulan.  Kesempatan tersebut tidak disia-siakan mengingat sulitnya akses menuju sarana kesehatan. Maklum, sebagian besar masyarakat tinggal di pedalaman dengan jarak tempat tinggal satu sama lain berjauhan.

Setiap keluarga rata-rata memiliki 7 orang anak. Biasanya, para orangtua disibukkan dengan menggarap kebun, sebagai mata pencaharian utama. Akibatnya, gizi anak-anak kurang diperhatikan.

Dinas Kesehatan setempat telah mendeteksi terjadinya kasus kurang gizi pada tahun 2015, di Kabupaten Jayawijaya. Salah satunya berasal dari Desa Walelagama. Faktor gizi kurang dan gizi buruk pada anak disebabkan oleh konsumsi makanan kunyahan ibu, ASI tidak lancar karena faktor psikologis ibu yang ditinggal suami cukup lama, serta minimnya pengetahuan tentang manfaat ASI bagi bayi.

Bantuan susu yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dirasa kurang memadai. Hal itu tidak banyak berarti tanpa dukungan makanan tambahan dan edukasi kepada masyarakat. Edukasi kesehatan kian tak terjangkau karena lokasi desa yang terpencil dan jauh dari puskesmas sehingga masyarakat enggan mengikuti  kegiatan penyuluhan kesehatan.

Melihat kondisi tersebut, lahirlah inisiatif warga untuk mengaktifkan kegiatan Posyandu Ninaiwerek yang dimotori Suster Pony Lesidui. Setiap bulan, 2 hingga 3 kali diadakan kegiatan yang meliputi pengelolaan, distribusi serta pelatihan pengolahan menu Pemberian Makanan Tambagan (PMT). Menu PMT disusun oleh Suster Poni untuk  jangka waktu enam hari dan dilaksanakan selama 90 hari untuk menanggulangi masalah gizi buruk pada ibu dan anak.

Pertamina melalui program Pertamina Sehati, bekerja sama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)  memberikan dukungan perbaikan gizi balita melalui pemberian makanan tambahan, edukasi, monitoring gizi bayi dan balita, kesehatan ibu dan anak, serta home visit. Kerja sama dengan PKBI tersebut untuk memudahkan akses masuknya gerakan Pertamina Sehati kepada masyarakat yang tepat sasaran, dengan program yang berkelanjutan.

Sebagai contoh, program PMT yang dibiayai dengan partisipasi Pertamina tidak sekadar membantu keberlangsungan kegiatan, tetapi juga telah menggugah kesadaran warga tentang pentingnya asupan gizi bagi anak-anak yang selama ini terabaikan.

Guna merangsang partisipasi dan menstimulasi peran warga, pembiayaan program PMT pada 45 hari selanjutnya berasal dari warga Walelagama, yang bergotong-royong membawa ubi untuk dikumpulkan menjadi bahan makanan PMT di posyandu.  Kini, sedikit demi sedikit, semangat perbaikan gizi mulai bangkit dari kawasan Pegunungan Jayawijaya. Posyandu Ninaiwerek kini sudah memiliki Bidan Leriget Ikpay, sebagai penanggung jawab kegiatan. Selain Suster Piny Lesidui sebagai perawat, ada 5 kader posyandu yang aktif dalam kegiatan Posyandu di Distrik Walelagama.

Manajer CSR Pertamina Agus Mashud menyatakan Program Pertamina Sehati di wilayah Papua, khususnya di Kabupaten Jayawijaya, menerapkan konsep serupa telah menjangkau 2 distrik (desa) dengan 8 posyandu. “Pada dasarnya, kegiatan Pertamina Sehati akan bermuara pada upaya perusahaan mendukung pencapaian Millennium Development Goals (MDGs), yakni mengurangi angka kematian bayi, anak, ibu hamil dan melahirkan,” jelasnya.

Dia menambahkan contoh kegiatan Pertamina Sehati di Posyandu Ninaiwerek, Desa Walelegama  perlahan tapi pasti  telah meningkatkan keaktifan kader kesehatan yang berasal dari masyarakat setempat sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perbaikan gizi bayi, balita dan ibu hamil. “Perubahan sosial yang mengarah ke sisi positif ini, akan terus kami dorong dengan langkah selanjutnya melalui pengintegrasian kegiatan posyandu dengan Pos Paud,” pungkasnya. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau