Dok Kementan - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam kunjungan kerjanya di Desa Talang Giring, Kecamatan Madang Suku II, Kabupaten OKU Timur (OKU Timur), Sumatera Selatan, Senin (20/4/2015).
Selasa, 18 Agustus 2015Andi Amran Sulaiman, Sosok Pembaharu di Sektor Pertanian
KOMPAS.com - Blusukan ke sana kemari sudah menjadi rutinitas sehari-hari seorang Andi Amran Sulaiman. Bahkan, dia membuat istilah kantor berjalan, karena dalam setiap kunjungan dia juga menyelesaikan pekerjaan administrasi. Semua itu dilakukannya karena kecintaannya kepada petani di seluruh Indonesia.
Mengaku tidak pernah bisa tidur nyenyak di tengah bencana kekeringan saat ini, adalah hal yang beberapa kali dia tuturkan. Apalagi, pada Oktober mendatang musim tanam akan dimulai. Lantas, dia pun menginstruksikan semua pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian untuk turun lapangan. Bahkan, kalau perlu menginap dua bulan di daerah-daerah bencana.
"Saya minta semua turun ke lapangan sesuai dengan tanggung jawab yang ditunjuk di setiap daerah. Dengarkan keluhan petani dan segera laporkan. Berikan yang terbaik untuk petani,” kata Amran memberi instruksi kepada bawahannya.
Bahkan, bapak empat anak itu meminta pejabat di Kementerian Pertanian untuk lebih dulu memperhatikan serapan anggaran yang dinilainya masih jauh dari harapan dibandingkan mendahulukan sarapan. Dalam setiap pertemuan Upaya Khusus (Upsus) Amran selalu menekankan harapannya.
"Serapan (anggaran) harus lebih penting daripada sarapan. Jadi, utamakan serapan sebelum sarapan," ucapnya.
Amran dinilai sebagai Menteri Pertanian sosok pembaharu di sektor pertanian. Dia berani memangkas anggaran perjalanan dinas Rp 4,6 triliun untuk dialihkan kepada petani dengan berwujud bantuan pompa air, traktor, benih, pembangunan jaringan irigasi tersier serta pengadaan pupuk.
Amran, pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968, itu adalah anak keempat dari 12 bersaudara. Bapaknya seorang bintara dengan pangkat sersan tentara. Hal itulah menyebabkan Amran kecil hidup penuh kesederhanaan, namun sangat disiplin. Orang lain menilainya pribadi yang jujur, cerdan dan tegas.
Amran resmi diangkat sebagai Menteri Pertanian ke-26 oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Oktober 2014. Siapa sangka, belum setahun memegang amanah tersebut, dirinya sudah melakukan blusukan ke 300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
Begitu banyaknya daerah harus dikunjungi, adakalanya hanya beberapa menit di sana. Seperti pada panen raya padi rawa atau Inpara, di Kabupaten Berau, Kaltim, Rabu (12/8/2015) lalu, Amran hanya sempat berpidato sekitar 10 menit, tetapi penuh pesan dan mendapat sambutan begitu antusias dari masyarakat dan pejabat setempat.
Amran menyelesaikan pendidikan program Doktor Ilmu Pertanian di Universitas Hasanuddin pada 2012 lalu. Ia pernah menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI pada 2007 dan Penghargaan FKPTPI Award 2011 di Bali.
Pada Pilpres 2014 lalu Amran sebagai koordinator relawan Sahabat Rakyat Kawasan Timur Indonesia (KTI). Bahkan kemudian, ia disebut-sebut sebagai ujung tombak pemenangan Jokowi-JK di KTI. Yang jelas, setelah menjadi Presiden RI, Joko Widodo memberinya amanah menteri pertanian dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019.
Ditelusuri dari pihak ayahnya, Amran terbilang masih keturunan Raja Bone. Dia keturunan dari La Pawawoi Arung Sumaling, anak keempat La Tenri Tappu, Raja Bone ke-23.
La Pawawoi Arung Sumaling mempunyai keturunan bernama Andi Baco Gangka Petta Teru yang isterinya Karaeng Beja. Anak Karaeng Bantaeng/Karaeng Bore berdomisili di Bantaeng.
Di usia muda, Amran relatif mampu membangun dan membesarkan 14 perusahaan yang tergabung dalam holding Tiran Group. Unit usahanya antara lain, tambang emas, tambang nikel, pabrik gula, distributor semen, produsen pestisi, perkebunan kelapa sawit, dan SPBU.
Bapak empat anak, yaitu Andi Amar Ma’ruf, Andi Athira, Andi Muh. Anugrah, dan Andi Humairah, dari isteri Ir Hj Martati, ini hari-harinya habis melakukan kunjungan. Semua dilakukan dengan satu tekad agar program kerjanya mencapai hasil maksimal untuk target tentu saja Indonesia berswasembada pangan dalam dua atau paling lambat tiga tahun ke depan.
"Wartawan (juga) harus ikut dukung swasembada pangan di Indonesia, yang Insya Allah bisa kita capai tiga tahun ini. Atau, mungkin dua tahun saja," kata Amran pada kunjungannya ke Solo, Jawa Tengah, akhir Januari lalu.
Selalu berpakaian kemeja putih, celana hitam, dan kadang dibalut jaket hitam. Di balik ketegasannya, ia akrab dan ramah sama semua orang. Semangat berapi-api terlihat ketika ia berpidato dihadapan masyarakat yang dikunjungi.
Satu hal selalu diingat dari dia, "Kalau disakiti orang, jangan membalas dan jangan dendam. Balaslah dengan kebaikan, senyum, dan yang menyenangkan orang lain. Hati juga harus bersih, kerja keras. Kalau berjalan, harus cepat dan cepat.”
Ternyata, dengan filosofi itu, Amran terbiasa bertindak cepat dan bahkan dalam perjalanan dia suka juga secara spontan mengubah arah perjalanan dan lupa dengan protokoler.
Secara mendadak, Mentan Amran Sulaiman memutuskan untuk melakukan sidak ke Cianjur, Jumat (14/8/2015), siang lalu, di tengah pidato Presiden Joko Widodo ihwal RUU APBN 2016 di Gedung DPR Senayan Jakarta.
Tanpa protokoler panjang, dia minta beberapa wartawan ikut dengannya, blusukan ke sentra beras Cianjur yang kini mengalami kekeringan. Kegiatan itu sekaligus untuk memberikan bantuan pompa air dan traktor.Ini menjadi sidak hari kedua setelah pulang dari Berau, Kalbar, Kamis lalu.
Selain meninjau lahan kekeringan, Amran juga blusukan ke tempat penggemukan sapi (feedloter). Temuannya, hanya dari dua kunjungan di dua feedloter, Amran mendapati hampir 40.000 stok sapi atau setara 23% dari data resmi Asosiasi Produsen Daging & Feedlot Indonesia (Apfindo).
Sebelumnya, Amran mendatangi perusahaan feedloter PT Tanjung Unggul Mandiri di Teluk Naga, Tangerang, Banten. Di sana dia mendapati stok 21.000 ekor sapi. Jumat (14/8), Amran menjumpai 13.000 ekor sapi saat inspeksi mendadak feedloter milik PT Pasir Tengah di Cikalong, Cianjur, Jawa Barat.
"Kalau kita hitung ini baru 2 kita datangi, hampir 40.000 ekor stok di kandang. Kita ingin kerja sama yang baik," kata Amran di depan pemilik feedloter di Cianjur, Jumat (14/8/2015)
Amran menegaskan dirinya sengaja turun ke lapangan untuk mengecek stok riil feedloter. Selain itu, dia mendesak para feedloter untuk menurunkan harga daging sapi bobot hidupnya dari Rp 40.000-42.000/Kg ke harga Rp 38.000/Kg.
Mengaku tidak pernah bisa tidur nyenyak di tengah bencana kekeringan saat ini, adalah hal yang beberapa kali dia tuturkan. Apalagi, pada Oktober mendatang musim tanam akan dimulai. Lantas, dia pun menginstruksikan semua pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian untuk turun lapangan. Bahkan, kalau perlu menginap dua bulan di daerah-daerah bencana.
"Saya minta semua turun ke lapangan sesuai dengan tanggung jawab yang ditunjuk di setiap daerah. Dengarkan keluhan petani dan segera laporkan. Berikan yang terbaik untuk petani,” kata Amran memberi instruksi kepada bawahannya.
Bahkan, bapak empat anak itu meminta pejabat di Kementerian Pertanian untuk lebih dulu memperhatikan serapan anggaran yang dinilainya masih jauh dari harapan dibandingkan mendahulukan sarapan. Dalam setiap pertemuan Upaya Khusus (Upsus) Amran selalu menekankan harapannya.
"Serapan (anggaran) harus lebih penting daripada sarapan. Jadi, utamakan serapan sebelum sarapan," ucapnya.
Amran dinilai sebagai Menteri Pertanian sosok pembaharu di sektor pertanian. Dia berani memangkas anggaran perjalanan dinas Rp 4,6 triliun untuk dialihkan kepada petani dengan berwujud bantuan pompa air, traktor, benih, pembangunan jaringan irigasi tersier serta pengadaan pupuk.
Keturunan Raja Bone
Amran, pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968, itu adalah anak keempat dari 12 bersaudara. Bapaknya seorang bintara dengan pangkat sersan tentara. Hal itulah menyebabkan Amran kecil hidup penuh kesederhanaan, namun sangat disiplin. Orang lain menilainya pribadi yang jujur, cerdan dan tegas.
Amran resmi diangkat sebagai Menteri Pertanian ke-26 oleh Presiden Joko Widodo pada 27 Oktober 2014. Siapa sangka, belum setahun memegang amanah tersebut, dirinya sudah melakukan blusukan ke 300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
Begitu banyaknya daerah harus dikunjungi, adakalanya hanya beberapa menit di sana. Seperti pada panen raya padi rawa atau Inpara, di Kabupaten Berau, Kaltim, Rabu (12/8/2015) lalu, Amran hanya sempat berpidato sekitar 10 menit, tetapi penuh pesan dan mendapat sambutan begitu antusias dari masyarakat dan pejabat setempat.
Amran menyelesaikan pendidikan program Doktor Ilmu Pertanian di Universitas Hasanuddin pada 2012 lalu. Ia pernah menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari Presiden RI pada 2007 dan Penghargaan FKPTPI Award 2011 di Bali.
Pada Pilpres 2014 lalu Amran sebagai koordinator relawan Sahabat Rakyat Kawasan Timur Indonesia (KTI). Bahkan kemudian, ia disebut-sebut sebagai ujung tombak pemenangan Jokowi-JK di KTI. Yang jelas, setelah menjadi Presiden RI, Joko Widodo memberinya amanah menteri pertanian dalam Kabinet Kerja periode 2014-2019.
Ditelusuri dari pihak ayahnya, Amran terbilang masih keturunan Raja Bone. Dia keturunan dari La Pawawoi Arung Sumaling, anak keempat La Tenri Tappu, Raja Bone ke-23.
La Pawawoi Arung Sumaling mempunyai keturunan bernama Andi Baco Gangka Petta Teru yang isterinya Karaeng Beja. Anak Karaeng Bantaeng/Karaeng Bore berdomisili di Bantaeng.
Di usia muda, Amran relatif mampu membangun dan membesarkan 14 perusahaan yang tergabung dalam holding Tiran Group. Unit usahanya antara lain, tambang emas, tambang nikel, pabrik gula, distributor semen, produsen pestisi, perkebunan kelapa sawit, dan SPBU.
Bapak empat anak, yaitu Andi Amar Ma’ruf, Andi Athira, Andi Muh. Anugrah, dan Andi Humairah, dari isteri Ir Hj Martati, ini hari-harinya habis melakukan kunjungan. Semua dilakukan dengan satu tekad agar program kerjanya mencapai hasil maksimal untuk target tentu saja Indonesia berswasembada pangan dalam dua atau paling lambat tiga tahun ke depan.
"Wartawan (juga) harus ikut dukung swasembada pangan di Indonesia, yang Insya Allah bisa kita capai tiga tahun ini. Atau, mungkin dua tahun saja," kata Amran pada kunjungannya ke Solo, Jawa Tengah, akhir Januari lalu.
Selalu berpakaian kemeja putih, celana hitam, dan kadang dibalut jaket hitam. Di balik ketegasannya, ia akrab dan ramah sama semua orang. Semangat berapi-api terlihat ketika ia berpidato dihadapan masyarakat yang dikunjungi.
Satu hal selalu diingat dari dia, "Kalau disakiti orang, jangan membalas dan jangan dendam. Balaslah dengan kebaikan, senyum, dan yang menyenangkan orang lain. Hati juga harus bersih, kerja keras. Kalau berjalan, harus cepat dan cepat.”
Ternyata, dengan filosofi itu, Amran terbiasa bertindak cepat dan bahkan dalam perjalanan dia suka juga secara spontan mengubah arah perjalanan dan lupa dengan protokoler.
Blusukan Tanpa Henti
Secara mendadak, Mentan Amran Sulaiman memutuskan untuk melakukan sidak ke Cianjur, Jumat (14/8/2015), siang lalu, di tengah pidato Presiden Joko Widodo ihwal RUU APBN 2016 di Gedung DPR Senayan Jakarta.
Tanpa protokoler panjang, dia minta beberapa wartawan ikut dengannya, blusukan ke sentra beras Cianjur yang kini mengalami kekeringan. Kegiatan itu sekaligus untuk memberikan bantuan pompa air dan traktor.Ini menjadi sidak hari kedua setelah pulang dari Berau, Kalbar, Kamis lalu.
Selain meninjau lahan kekeringan, Amran juga blusukan ke tempat penggemukan sapi (feedloter). Temuannya, hanya dari dua kunjungan di dua feedloter, Amran mendapati hampir 40.000 stok sapi atau setara 23% dari data resmi Asosiasi Produsen Daging & Feedlot Indonesia (Apfindo).
Sebelumnya, Amran mendatangi perusahaan feedloter PT Tanjung Unggul Mandiri di Teluk Naga, Tangerang, Banten. Di sana dia mendapati stok 21.000 ekor sapi. Jumat (14/8), Amran menjumpai 13.000 ekor sapi saat inspeksi mendadak feedloter milik PT Pasir Tengah di Cikalong, Cianjur, Jawa Barat.
"Kalau kita hitung ini baru 2 kita datangi, hampir 40.000 ekor stok di kandang. Kita ingin kerja sama yang baik," kata Amran di depan pemilik feedloter di Cianjur, Jumat (14/8/2015)
Amran menegaskan dirinya sengaja turun ke lapangan untuk mengecek stok riil feedloter. Selain itu, dia mendesak para feedloter untuk menurunkan harga daging sapi bobot hidupnya dari Rp 40.000-42.000/Kg ke harga Rp 38.000/Kg.