Advertorial

Meski Rumit Dilakukan, Eksplorasi Tetap Krusial untuk Minyak dan Gas Bumi

Kompas.com - 10/09/2015, 09:07 WIB

Di Indonesia , cadangan minyak dan gas bumi (migas) atau hidrokarbon mayoritas berada di cekungan belakang busur dan cekungan tepi benua. Cekungan belakang busur banyak ditemukan di sisi timur Pulau Sumatera, pesisir dan lepas pantai utara Pulau Jawa, sementara cekungan tepi benua dapat dijumpai di Laut Natuna, Kalimantan Timur, Papua, dan selatan Maluku. Namun, bukan berarti seluruh lokasi tersebut memiliki cadangan hidrokarbon yang ekonomis untuk diproduksi.

Migas sangat penting bagi keberlangsungan hidup sehari-hari, tetapi untuk menghasilkannya membutuhkan proses yang panjang dan rumit. Seperti kegiatan hulu (upstream) meliputi mencari (eksplorasi) dan mengangkat migas dari dalam perut bumi (eksploitasi). Sedangkan kegiatan hilir  (downstream) yang meliputi pengolahan migas serta mendistribusikan dan memperdagangkan hasil olahan migas.

Sebelum memasuki tahap eksploitasi, pengolahan, dan distribusi rumit dan mahalnya produksi migas sudah ditemukan di tahap hulu yaitu eksplorasi. Kegiatan tersebut  dilakukan untuk menemukan cadangan migas yang menjadi langkah awal dari keseluruhan proses bisnis hulu migas.

Sebelum melakukan eksplorasi, dibutuhkan kajian yang panjang dan kompleks mengingat posisi cadangan migas tidak terlihat secara kasatmata dan berada jauh di bawah permukaan tanah. Kegiatan ini diawali dengan tahapan persiapan berupa studi pendahuluan dan perencanaan.  

Untuk mendapatkan lokasi cadangan hidrokarbon yang presisi, perlu adanya studi geologi dan geofisika. Para ahli geologi akan memetakan kondisi permukaan secara detail. Salah satunya menggunakan citra satelit atau foto udara.

Hasil pemetaan tersebut nantinya menjadi acuan dalam merencanakan titik lokasi pengeboran eksplorasi. Selain studi geologi juga perlu melakukan studi geofisika yang akan memetakan kondisi lapisan bebatuan di bawah permukaan tanah. Berdasarkan hasil studi geologi dan geofisika tersebut akan diputuskan apakah suatu lokasi layak dieksplorasi.

Setelah melakukan uji kelayakan, langkah selanjutnya merupakan pengeboran sumur eksplorasi. Jika hasil pengeboran tersebut ialah adanya cadangan hidrokarbon maka tahap eksplorasi berikutnya akan dilanjutkan. Tetapi jika dari hasil pengeboran eksplorasi tersebut tidak adanya cadangan hidrokarbon, maka tahap eksplorasi tidak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Semua langkah eksplorasi tersebut membutuhkan biaya yang tidak kecil, jika dihitung satu sumur yang dieksplorasi membutuhkan biaya antara US$25 juta hingga US$45 juta atau bahkan bisa mencapai ratusan juta dolar. Maka dari itu biaya untuk melakukan eksplorasi migas di Indonesia tidak mungkin diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melainkan membutuhkan dukungan dana dari investor. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com