Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi Menciptakan Peluang Bagi Sektor Lain

Kompas.com - 12/11/2015, 09:34 WIB


Bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas) melibatkan serangkaian aktivitas panjang mulai dari eksplorasi sampai tahap produksi. Selama operasi berjalan, sektor ini tidak hanya bergerak maju sendirian, tetapi juga menciptakan peluang bagi sektor-sektor lain untuk bergerak bersama.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan salah satu sektor yang berpeluang berkembang bersama sektor hulu migas adalah industri perkapalan. Dalam sebuah diskusi dengan industri perkapalan baru-baru ini, Amien mengatakan bahwa industri hulu migas saat ini menggunakan lebih dari 650 kapal dengan docking (perawatan atau maintenance) kapal mencapai lebih dari 100 kapal per tahun.

“Jumlah ini sangat besar, lebih besar dari yang digunakan pada industri lain,” ujar Amien. Dia menambahkan bahwa kebutuhan kapal di industri hulu migas ke depan diperkirakan akan meningkat dengan mulai beroperasinya beberapa proyek gas alam cair di wilayah timur Indonesia. Proyek-proyek baru ini akan membutuhkan banyak kapal berbagai ukuran untuk mengangkut LNG di wilayah timur yang sangat mengandalkan transportasi laut.

“Artinya, industri hulu migas merupakan market yang cukup bagus untuk galangan kapal di Indonesia. Kami ingin mendorong supaya industri hulu migas bisa membantu industri galangan kapal Indonesia,” ujarnya. Amien juga menambahkan bahwa kerja sama antar sektor seperti ini berkontribusi positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Industri perkapalan hanya satu contoh industri yang bergerak maju bersama industri hulu migas. Masih banyak industri lain dari berbagai bidang dan skala bisnis, yang ikut menerima efek berganda (multiplier effect) dari kehadiran industri hulu migas. Data dari SKK Migas menunjukkan bahwa dari total nilai seluruh komitmen pengadaan barang dan jasa industri hulu migas periode Januari – Juli 2015 sebesar US$ 2,53 miliar, persentase Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 67,22 persen (cost basis). Selain itu, industri hulu migas juga turut menyediakan kesempatan bisnis bagi BUMN. Dari tahun 2010 hingga 2014, keterlibatan BUMN dalam sektor hulu migas sudah mencapai angka US$ 4,5 miliar.

Industri lain yang turut menerima manfaat dari operasi hulu migas adalah industri perbankan nasional. Semenjak tahun 2009, industri hulu migas diwajibkan untuk menggunakan bank umum nasional. Khusus bagi kontraktor KKS yang sudah memasuki masa produksi, semua transaksi pembayaran wajib menggunakan bank BUMN atau BUMD. Hasilnya, pada periode April 2009 hingga Desember 2014, total transaksi pembayaran pengadaan melalui bank-bank tersebut mencapai US$ 44.91 miliar. Partisipasi BUMN dan BUMD ini diharapkan akan meningkat di masa mendatang sehingga multiplier effect industri hulu migas bagi bisnis negara lainnya dapat berjalan maksimal.

Amien mengatakan industri hulu migas memungkinkan untuk didorong supaya menciptakan multiplier effect. Karenasebagai bisnis negara, sektor ini bisa dikendalikan pemerintah melalui SKK Migas. Lembaga ini pun membuat kebijakan operasional yang mengharuskan kontraktor-kontraktor migas untuk mengutamakan industri dalam negeri saat mencari penyedia barang dan jasa.

Meskipun ada kebijakan untuk mengutamakan industri dalam negeri, Amien mengingatkan bahwa SKK Migas dan industri hulu migas sangat menekankan pada efisiensi dan kecepatan dalam proses pembuatan keputusan. “Di hulu migas ada prinsip yang kami pegang, yaituno bribery, no kick back, no gift, dan no luxurious hospitality. Kami yakin, kalau itu dilakukan, kita akan sama-sama efisien,” tutup Amien. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com