Kabupaten Banyuwangi berhasil mengembangkan tiga varietas tanaman padi organik yang kini telah terdaftar secara resmi sebagai padi asli Banyuwangi di Pusat Pendaftaran Varietas Tanaman (PVT) Kementerian Pertanian.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Ikrori Hudanto, mengatakan, ketiga varietas padi tersebut adalah Beras Merah Varietas Blambangan A3, Beras Merah Varietas Hitam Melik A3, dan Beras Putih Varietas SOJ A3. Varietas padi tersebut mendapatkan tanda daftar resmi yang diterbitkan Kementerian Pertanian pada 18 November 2016.
“Kami mendaftarkan tiga varian padi ini pada pertengahan Oktober lalu. Setelah proses verifikasi, Kementerian Pertanian menerbitkan tanda resmi terdaftarnya masing-masing varietas sebagai jenis plasma nutfah Banyuwangi,” kata Ikrori.
Ikrori melanjutkan, pendaftaran tiga jenis varietas padi organik ini sebagai cara untuk melindungi varietas padi asli Banyuwangi. Apalagi saat ini bibit padi organik tersebut mulai dilirik oleh petani luar daerah untuk dikembangkan di wilayahnya masing-masing. “Untuk itu, kami memproteksi sedini mungkin untuk mengantisipasi pengakuan daerah lain,” ujar Ikrori.
Selain untuk proteksi varietas padi, pengembangan varietas lokal ini diharapkan bisa mendorong produksi beras organik di Banyuwangi, mengingat permintaan pasar organik sangat tinggi saat ini.
Ikrori menjelaskan, ketiga varietas ini telah dikembangkan di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Singojoruh, Glagah, Licin, Genteng, Glenmore, Sempu, Songgon, dan Rogojampi.
Varietas padi lokal Banyuwangi itu memiliki ciri khas. Seperti Beras Merah Blambangan A3, memiliki butiran padi ramping, warnanya coklat, dan jika dimasak rasanya pulen. Beras Hitam memiliki bentuk biji ramping, warnanya kuning, dan pulen. Sedangkan beras putih SOJ A3 memiliki ciri bulirnya bulat, warnanya kuning keemasan, dan rasanya pulen.
Ketiga varietas ini kata Ikrori, saat ini memang menjadi komoditas unggulan yang tengah diburu masyarakat. Karena selain penghasil karbohidrat, kandungan gizi dan manfaat beras merah dan hitam ini sangat tinggi dan bagus sekali untuk kesehatan tubuh.
"Tak heran jika harga ketiga varietas ini juga lebih mahal dari harga beras lokal biasa. Di pasar swalayan, harga beras ini dipatok Rp 20 ribu per kilogram untuk SOJ A3, dan Rp 25–30 ribu per kilogram untuk Beras Merah dan Hitam," ujarnya.
Dengan dikembangkannya varietas di atas, imbuh Ikrori, ke depan diharapkan petani di seluruh wilayah bisa beralih ke pertanian organik, karena dinlai lebih menguntungkan. “Target kami tahun depan petani semakin banyak beralih mengembangkan varietas ini. Apalagi padi ini merupakan galur murni Banyuwangi. Tentunya, kami akan terus mendampingi petani dengan memberikan teknik pengelolaan pertanian organik,“ujarnya.
Kepada sejumlah kelompok tani yang mengembangkan beras organik, Pemkab Banyuwangi telah mengucurkan bantuan. Mulai dari chopper untuk pembuatan pupuk organik sebanyak enam unit, rice transplanter (alat tanam padi) dua unit, combine harvester satu unit, hand tractor lima unit, pompa air dua unit, paddy power (mesin perontok) sepuluh unit, dan power trasher sepuluh unit.
Pemkab Banyuwangi juga telah memberi sarana dan prasana tekonlogi pertanian, termasuk pemberian pupuk dan pemberantas hama organik serta bantuan alat pencacah pupuk organik (APPO) dan membuka sekolah lapang bagi para petani. Banyuwangi juga mulai menggenjot luas tanam padi organik menjadi 200 hektar, termasuk dikembangkan lahan percobaan atau demplot dengan dukungan dana APBD. (Adv)