Brandzview

Ini Air Mancur yang Bikin Presiden Jokowi Penasaran!

Kompas.com - 02/05/2017, 07:31 WIB

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Taman Sri Baduga Purwakarta dengan air mancur menari dipadu warna warni yang terlihat megah mendadak dipertunjukkan di luar jadwal biasanya. Pertunjukkan itu sengaja dipersiapkan setelah mendengar kabar kehadiran Presiden Republik Indonesia Joko Widodo alias Jokowi ke taman kebanggaan masyarakat Purwakarta tersebut.

Sejak siang hari Presiden telah tiba di Purwakarta. Rombongan pun langsung menuju warung Sate Maranggi untuk makan siang dan disambut langsung Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

Tak berselang lama, rombongan langsung menuju Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah, Cipulus, Purwakarta. Di lokasi itu Jokowi melaksanakan acara kenegaraan untuk memperingati Isra Miraj yang pertama kalinya dilaksanakan di daerah.

"Sudah puluhan tahun peringatan Isra Miraj dilaksanakan di Istana, tahun ini saya minta dilaksanakan di daerah. Kalau di istana terus, kapan saya ketemu santri, kapan ketemu ulama," jelas Jokowi di hadapan ribuan santri dan ulama serta kiai saat acara peringatan Isra Miraj, Selasa (25/4/2017) pekan lalu.

Seusai acara selesai, Jokowi bersama ulama dan para pimpinan pondok pesantren melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan sarana pesantren. Rombongan pun bergegas menuju mobil Indonesia 1 yang telah terparkir dekat gerbang pesantren.

Terlihat sebelum naik ke mobil dinasnya, Jokowi sempat berbincang dengan Dedi Mulyadi. Tak lama kemudian, Jokowi mempersilahkan Dedi Mulyadi masuk ke mobil bersama orang nomor satu tersebut keluar pesantren.

"Waktu semobil dengan Pak Presiden banyak yang dibicarakan selama hampir 45 menit di perjalanan. Waktu itu tujuannya ke Rumah Makan Ciganea," tutur Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sembari tersenyum.

Setelah makan malam di Ciganea, Jokowi yang didampingi Dedi Mulyadi langsung menuju ke lokasi Air Mancur Sri Baduga. Setiba di lokasi, pertunjukkan air mancur itu langsung dimulai.

IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Presiden RI Joko Widodo didampingi Dedi Mulyadi saat melihat pertunjukkan Air Mancur Sri Baduga, Purwakarta.
Dedi bersama Jokowi duduk berdua di deretan depan tempat duduk penonton di pinggir taman.

"Tadi Pak Presiden sempat terkejut saat mengetahui kalau yang membuat air mancur ini adalah anak SMK," tambah Dedi.

Dedi menambahkan, Presiden pun sempat penasaran dan bertanya dengan anggaran daerah kecil yang hanya Rp 1,8 truliun per tahun bisa membangun air mancur semegah ini.

"Tadi Pak Presiden juga sempat bertanya kenapa bisa membangun air mancur semegah ini padahal APBD Purwakarta kecil. Saya pun menjawab kalau selama ini anggaran kecil tapi penggunaan yang efisien bisa membangun maksimal. Kami selama ini menerapkan pengelolaan keuangan tanpa pagu dan pola keluarga," ujarnya.

Penasaran

Tak berselang lama setelah Presiden RI Joko Widodo meninggalkan lokasi acara pertunjukkan Air Mancur Sri Baduga, muncul postingan melalui media sosial Jokowi tentang air mancur Sri Baduga. Dalam unggahannya itu Jokowi menulis: "Indahnya air mancur di taman air Sri Baduga Purwakarta. Rasanya tidak kalah dengan air mancur di luar negeri. Warna-warni yang membentuk harmoni. Sepuluh menit rasanya masih kurang."

Sampai pukul 22.00 WIB malam tadi, postingan Instagram Jokowi tentang Air Mancur Sri Baduga Purwakarta telah di like lima ribuan pengunjung dan enam ratusan lebih komentar.

IRWAN NUGRAHA/KOMPAS.com Postingan Presiden RI Jokowi tentang Air Mancur Sri Baduga di media sosial.

IRWAN NUGRAHA/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau