BANYUWANGI, KOMPAS.com - Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu sentra penghasil kopi di Banyuwangi.
Terletak di Lereng Pegunungan Ijen dengan luas 550 hektar, daerah ini menjadi satu tempat yang ideal untuk menanam biji kopi. Di sana, 330 hektar areanya dijadikan perkebunan kopi berbasis perkebunan rakyat.
Nah, mengembangkan potensi tersebut, kini Desa Telumung diprospek untuk menjadi destinasi wisata berbasis potensi lokal, yakni sebagai Kampung Kopi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas tertarik untuk mengembangkan potensi di desa itu. Terutama tentang potensi Kopi sebagai komoditas andalan Desa Telemung.
Sebagai sentra pembuatan kopi rakyat, di sana ada Omah Kopi. Tempat itu adalah rumah bergaya arsitektur Suku Using. Tak hanya kopi, warga di lingkungan itu juga membuat beberapa produk seperti gula merah berbahan dasar aren dan kopiah dari anyaman bambu.
"Omah Kopi ini bisa menjadi house-nya. Lama-lama nantinya usaha-usaha rakyat di sekitar bisa ikut tumbuh," kata Anas saat mengunjungi Omah Kopi beberapa waktu lalu.
Menurut Anas, hal itu menjadi potensi besar untuk meningkatkan perekonomian warga Telemung. Anas pun menyarankan warga agar kopi tak lagi dijual bijian pada pedagang. Kopi rakyat bisa diolah dan disangrai sendiri, lalu dijual dalam bentuk kemasan yang menarik agar nilainya bertambah.
"Kalau cara menyangrainya benar, kopi itu akan memiliki nilai lebih. Apalagi warga Telemung mayoritas memiliki kebun kopi sendiri," kata Anas.
Demi meningkatkan kualitas kopi di Telemung, Anas meminta sekolah di Telemung bisa mendatangkan ahli kopi untuk berbagi ilmu. Mulai dari bagaimana memetik, memilih, menjemur, hingga menyangrai kopi.
Sebagai langkah awal, lanjut Anas, guru-gurunya terlebih dahulu yang dilatih. Setelah itu, guru akan mengajarkan para siswanya.
"Ini bisa menjadi ekstrakurikuler untuk anak-anak di sekolah. Kalau hanya melatih orangtuanya saja, tidak ada kaderisasi pada anak-anak. Dengan cara ini, Telemung bisa berpotensi jadi kampung kopi," kata Anas.
Lebih lanjut, Anas meminta Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyono untuk mengadopsi konsep Siswa Asuh Sebaya (SAS) di Desa Telemung.
"Anak dari pengusaha kopi yang sukses di Telemung, bisa membawa kopi ke sekolah. Kopi tersebut digunakan bahan pembelajaran bersama bagi siswa,” ujarnya.
Di sekolah, nanti mereka akan belajar mulai dari menjemur kopi, sampai menyangrai dengan benar. Ia berharap hal itu bisa diberlakukan di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Jadi sejak dini anak sudah tahu kualitas pengolahan kopi yang baik," kata Anas.
Telemung adalah satu dari sepuluh desa wisata berbasis lokal di Banyuwangi. Untuk menuju desa tersebut, para pengunjung akan melihat panorama dari jalanan yang berliku dan menanjak khas pegunungan dengan dikelilingi kebun kopi.
Saat musim kopi tiba, di depan setiap rumah akan terhampar kopi yang dijemur sehingga menimbulkan aroma khas tersendiri bagi siapapun yang melintasi kawasan tersebut.
Adapun produk olahan lain seperti aren (gula merah), dan kopiah dari anyaman bambu yang diproduksi di sana sudah tersebar hampir seluruh Jawa, Sumatera hingga Sulawesi.
"Saya melihat ini adalah sebuah potensi yang sangat menjanjikan. Produknya bisa tersebar hingga ke luar pulau Jawa. Tinggal ditambahkan ornamen khas Banyuwangi saja," pungkas Anas. (KONTRIBUTOR BANYUWANGI/FIRMAN ARIF)