Sorot

Lippo Group Utamakan Kelestarian Lingkungan di Kota Mandiri Meikarta

Kompas.com - 15/11/2017, 20:40 WIB


KompasProperti - Pengembang properti Lippo Group tengah membangun kota mandiri Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dengan investasi senilai Rp 278 triliun itu mulai membangun satu per satu kawasan.

Akhir Oktober lalu, Meikarta resmi menutup atap (topping  off) dua tower yang masing-masing terdiri atas 32 lantai. Total apartemen dua tower tersebut 900 unit dengan nilai sekitar Rp 1 triliun. Apartemen di kawasan central business district (CBD) Meikarta itu dijual mulai Rp 700 juta per unit.

Lippo memang tak sekedar membangun apartemen, melainkan suatu komunitas yang terdiri atas permukiman yang lengkap dengan pusat bisnis dan keuangan, pusat riset dan pendidikan, pusat seni dan budaya.

Idealnya, kota mandiri harus menciptakan basis ekonomi dan kelengkapan ekologi kota yang dapat menarik minat masyarakat dengan segala aktivitasnya.

Baca: Central Park, Jantung Kota Baru Meikarta

Keseriusan pengembang juga dituntut untuk menyediakan infrastruktur di dalamnya dan jaringan transportasi yang mengintegrasikan kota mandiri dengan kota induknya.

Direktur PT Lippo Cikarang Tbk. Jukian Salim mengatakan, infrastruktur yang harus ada dalam sebuah kawasan kota baru yakni Water Treatment Plant (WTP) dan Waste Water Treatment Plant (WWTP).

"Selain untuk mengolah limbah menjadi air bersih, keberadaan Water Treatment Plant ini juga penting untuk memasok kebutuhan air kawasan," ujar Jukian Salim, Senin (25/9/2017).

Sistem pengolahan air limbah telah dibangun Lippo Group di kawasan Lippo Cikarang seluas sekitar 5.000 hektar (ha). Air bersih di kawasan ini dipasok oleh Unit Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant) Lippo Cikarang, dengan kualitas air baku yang memenuhi standar Kementerian Kesehatan.

Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.


Air limbah yang dihasilkan industri-industri di Lippo Cikarang disalurkan melalui pipa-pipa bawah tanah dan diproses di Unit Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant/WWTP). Dengan demikian, pencemaran lingkungan dapat dikendalikan dengan sistem tersebut.

"Proses pengolahan air ini sudah memenuhi ketentuan yang ditetapkan pemerintah," katanya.

Konsep pengolahan air yang dikembangkan di Lippo Cikarang itu rencananya juga diterapkan di kota baru Meikarta. Dengan demikian, kelestarian lingkungan di kota mandiri itu bakal terjaga. "Secara bertahap akan dikembangkan seperti itu," ujarnya.

Selain pengolahan limbah terpadu, Meikarta juga memiliki ruang terbuka hijau publik seluas 100 hektar yang dinamai Central Park. Taman kota itu memiliki sebuah danau yang mampu menampung air 300 ribu meter kubik yang berfungsi sebagai reservoir.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau