BEIRUT, KAMIS - Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah mendeklarasikan perang terbuka terhadap Israel yang diduga menjadi dalang pembunuhan komandan tinggi Hezbollah Imad Mughnieh di Damascus, Suriah, Selasa. Pernyataan ini menempatkan Lebanon di pintu gerbang peperangan kedua sejak 2006.
”Hai kaum Zionis, jika Anda menginginkan perang terbuka, biarkan seluruh dunia mendengar: mari kita berperang secara terbuka,” ujar Nasrallah, Kamis atau Jumat (15/2) WIB, ketika berpidato di pemakaman Imad Mughnieh, yang tewas dibunuh dalam serangan bom di Damascus. Mughnieh adalah tokoh paling dicari intelijen Israel dan Amerika Serikat. Dia dituduh melancarkan sejumlah serangan kepada AS dan Israel.
Pernyataan Nasrallah disambut pendukungnya dengan mengibarkan bendera Hezbollah dan teriakan penuh semangat, ”Kami siap menjalankan perintahmu.”
”Darah Imad Mughnieh akan berkontribusi dalam penghapusan negara Yahudi. Anda membunuhnya di luar medan pertempuran yang biasa. Medan pertempuran kami dengan Anda berada di wilayah Lebanon, sementara Anda telah menerobos perbatasan (dengan membunuh Mughnieh di Suriah),” tutur Nasrallah.
”Perang bulan Juli (2006) belum selesai. Perang itu masih berjalan dan tidak ada gencatan senjata yang dideklarasikan,” kata Nasrallah.
Hezbollah dan Israel terlibat peperangan sengit selama 34 hari di Lebanon pada bulan Juli hingga Agustus 2006. Ketika itu, Israel yang didukung persenjataan modern, seperti pesawat, kapal laut, tank, dan rudal, menggempur habis-habisan Lebanon. Serangan tersebut membunuh ribuan orang dan menghancurkan sekitar 15.000 rumah.
Serangan Israel yang membabi buta juga merusak hampir seluruh infrastruktur Lebanon, termasuk bandara dan jalan-jalan yang menghubungkan negara itu dengan dunia luar. Akibatnya, Lebanon sempat terisolasi selama satu bulan. Kerugian diperkirakan mencapai 2 miliar dollar AS.
Meski demikian, serangan tersebut tidak memenuhi target utama Israel, yakni menghabisi para pemimpin Hezbollah termasuk Nasrallah. Karena itu, di Israel sendiri misi itu dianggap gagal. Kegagalan tersebut membuat pemerintahan Israel yang dipimpin Perdana Menteri Ehud Olmert terguncang dan menjadi bulan-bulanan oposisi.
Sebaliknya, perang tersebut membuat Hezbollah kian disegani. Nasrallah mengklaim Hezbollah sebagai pemenang ”Perang 34 Hari”. Salah seorang komandan Hezbollah dalam perang tersebut adalah Mughnieh.
Abaikan ancaman
Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni mengabaikan ancaman-ancaman Nasrallah. Dia menegaskan, ”Israel adalah negara yang kuat. Orang Yahudi juga kuat. Ancaman mereka tidak akan mengubahnya dan kami tidak panik.”
Meski demikian, Kepala Staf Tentara Israel Letnan Jenderal Gaby Ashkenazi langsung memerintahkan angkatan darat, laut, dan udara Israel bersiaga untuk mempertahankan perbatasan sebelah utara dan sejumlah obyek vital di negeri itu. Pemerintah Israel juga memerintahkan seluruh kedutaan besar Israel dan lembaga Yahudi di dunia agar waspada. Israel khawatir dengan serangan balasan Hezbollah ke tempat-tempat yang berhubungan dengan Israel.
Pemakaman
Pemerintah AS yang merupakan sekutu dekat Israel meminta semua pihak waspada menyusul ancaman Nasrallah. ”Pernyataan semacam itu harus diperhatikan dan harus diwaspadai semua orang,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Sean McCormack.
Tadi pagi, setidaknya 20.000 orang mengantarkan Mughnieh ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Roueiss, Beirut selatan. Dua poster raksasa dipasang di depan keranda Mughnieh dengan spanduk bertuliskan ”Panglima Besar Martir Imad Mughnieh”.
Suasana duka begitu terasa. Para pelayat menangis saat lagu kebangsaan Lebanon dan lagu Hezbollah diperdengarkan.
”Kami telah kehilangan seorang pahlawan, tetapi ini tidak akan menggoyahkan tekad kami,” ujar Hassan, seorang pejuang Hezbollah.
Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki hadir dalam acara pemakaman tersebut. Dia duduk di samping ayah Mughnieh untuk menunjukkan dukungan atas perjuangan Hezbollah.
”Dia bukanlah martir yang pertama dan dia tidak akan menjadi martir yang terakhir di jalan ini. Akan ada ratusan dan jutaan martir lagi seperti dia,” ujar Mottaki ketika membacakan pernyataan dukacita Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.
Secara umum, suasana di Beirut tampak tegang. Pemerintah menerjunkan pasukannya secara penuh di ibu kota Lebanon itu. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya bentrokan antara massa Hezbollah yang menghadiri pemakaman Imad Mughnieh dan massa pendukung Pemerintah Lebanon yang sedang memperingati dua tahun tewasnya mantan Perdana Menteri Lebanon Rafik Hariri, tokoh anti-Suriah.
Pembunuhan Hariri menjadi salah satu pemicu bentrokan antara Pemerintah Lebanon anti-Suriah yang didukung penuh Barat dan kelompok pro-Suriah yang dimotori Hezbollah dalam dua tahun terakhir. (AP/AFP/BSW)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang