Cinta Hindarkan Anda dari Godaan

Kompas.com - 24/03/2008, 13:18 WIB

KETIKA Anda harus menolak godaan dan berupaya untuk tetap setia kepada sang kekasih, Anda mungkin harus langsung teringat sebuah lagu  The Beatles  berjudul "All You Need Is Love". Dengan perasaan cinta, godaan untuk berpaling dari pasangan mungkin saja bisa dihindari atau diredam.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Evolution and Biology belum lama ini pun menguatkan indikasi bahwa cinta dapat menyelamatkan Anda. Menurut penelitian tersebut, orang yang menumpahkan cinta kepada pasangannya relatif tidak akan tertarik kepada orang lain.

Secara naluriah, manusia sebenarnya tidak pernah mengekang dirinya untuk mendapatkan kepuasan atau kesenangan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia cenderung memanjakan dirinya untuk memperoleh kesenangan ketika kesempatan itu datang.

Namun demikian, bila konteksnya dihubungkan dengan cinta dan gairah dalam hal seksual, karakter manusia ini bisa berubah atau berbeda-beda. Banyak yang berhasil meredam godaan tersebut, namun tak sedikit pula yang akhirnya menyerah dan setuju pada ungkapan 'ambilah ketika kesempatan itu datang'. Alhasil, mereka yang mampu meredam gejolaklah akhirnya yang kemudian memiliki hubungan yang awet dan langgeng.  Mereka mampu melewati ujian dan melupakan godaan memperoleh kesenangan sesaat. 

Menurut peneliti, kemampuan sepasang manusia melewati godaan-godaan ini sebenarnya ditopang sebuah kekuatan bernama cinta.  Psikolog ternama, Gian Gonzaga, melalui riset terbarunya telah membuktikan bahwa perasaan cinta akan membuat seseorang tahan terhadap godaan.

Untuk membuktikan teorinya, Gonzaga melibatkan 60 mahasiswa dari University of California di Los Angeles. Mereka adalah pria wanita heteroseks yang telah memiliki pacar sekurangnya tiga tahun. Partisipan diminta untuk melihat-lihat foto dan memilih salah satu yang benar-benar menarik hati.  Foto-foto itu diperoleh dari sebuah situs kencan terpopuler.

Partisipan ini kemudian diminta untuk menuliskan sebuah tulisan pendek mengenai apa yang membuat mereka tertarik pada seseorang yang dipilih tersebut. Gonzaga dan timnya lalu membagi para partisipan ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama lalu diminta menuliskan lagi essay tentang momen paling indah saat merasakan cinta mendalam dengan pacar asli yang mereka miliki.  Kelompok kedua diminta untuk mengingat dan menuliskan kembali momen terindah saat melakukan hubungan seks.  Sedangkan kelompok ketiga diberi kebebasan untuk menuliskan apa yang berada dalam benak mereka.

Selama menulis esay, para partisipan tetap diawasi dan dinstruksikan untuk tidak memikirkan ketampanan atau kecantikan sosok wajah yang mereka lihat di foto. Namun setiap kali benak mereka dibayangi wajah foto ketika menulis, para partisipan harus mencentang sebuah kotak dalam formulir essay.

Hasil penelitian menunjukkan, kelompok pertama yang fokus pada perasaan cinta ketimbang gairah tercatat tiga kali lebih sedikit mengalami bayang-bayang godaan ketimbang kelompok yang diminta menggambarkan hubungan seks paling berkesan dengan kekasih mereka.

Sementara itu, partisipan yang diberi kebebasan menuliskan pikirannya, tidak mampu menghindari bayang-bayang ketampanan dan kecantikan sosok wajah dalam foto.  Kelompok ini juga enam kali lebih banyak mencentang kotak dalam kertas form di banding kelompok cinta.

Menurut, Gonza,  kelompok pertama yang fokus pada perasaan cinta menjadi tahan akan 'godaan' karena sosok orang lain menjadi tidak lagi menarik buat mereka.

"Merasakan cinta kepada pasangan romantis Anda tampaknya akan membuat setiap orang menjadi kurang menarik di mata Anda," terang Gonzaga yang juga mempublikasikan penelitiannya dalam New Scientist.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau