Harga TBS Kelapa Sawit di Sumsel Rp 1.100 Per Kg

Kompas.com - 10/03/2009, 20:09 WIB

PALEMBANG, SELASA - Harga tandan buah segar atau TBS kelapa sawit di Sumatera Selatan mulai menunjukkan tren kenaikan dari Rp 400 per kilogram menjadi Rp 900-1.100 per kg. Untuk mencegah agar harga tidak anjlok lagi, para pengusaha mendesak pemerintah agar memperkuat industri hilir dan mengurangi volume ekspor crude palm oil atau CPO.

Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera Selatan, Syamsir Syahbana, Selasa (10/3), di Palembang, harga beli TBS dari petani sudah dinaikkan menjadi Rp 900 -1.100 per kg sejak sebulan terakhir. Untuk sementara ini, kenaikan harga beli TBS terjadi karena permintaan di pasar ekspor sudah normal lagi .  

"Namun perlu diingatkan harga jual di pasar internasional masih belum sepenuhnya stabil karena imbas krisis global masih mengancam. Harga sewaktu-waktu bisa anjlok kembali," kata Syamsir.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, dari total produksi CPO nasional berkisar 18 juta ton per tahun, sebanyak 1,6 juta ton per tahun disumbang produksi CPO dari Sumatera Selatan. Selama akhir 2008 lalu, ekspor CPO Sumsel turun hingga rata-rata 30 persen per bulannya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Sumatera Selatan Sumarjono Saragih mengatakan, pemerintah perlu mengupayakan sejumlah langkah agar industri nonmigas unggulan ini tidak kolaps karena ketidakstabilan harga di pasar ekspor.

Menurut Sumarjono, Indonesia memang memiliki kelebihan di sektor industri hulu kelapa sawit karena didukung lahan perkebunan yang luas dan jumlah pabrik CPO yang memadai. Namun, salah satu kekurangan yang dimiliki Indonesia saat ini adalah minimnya keberadaan industri hilir kelapa sawit.  

"Padahal dengan memperkuat industri hilir kelapa sawit , produk sawit asal Indonesia lebih memiliki posisi tawar dan lebih memiliki nilai lebih saat dijual," katanya.

Perkuatan industri hilir itu artinya memperbanyak jumlah pabrik pengolahan produk-produk kelapa sawit, seperti margarine, minyak goreng, dan produk turunan lainnya. Saat ini, industri hilir yang ada di Indonesia baru sebatas pabrik pengolahan sawit mentah atau pabrik CPO.

Syamsir berpendapat senada. Menurut dia, dengan memperbanyak jumlah industri hilir maka Indonesia tidak perlu bergantung lagi pada pasar ekspor. Namun sebaliknya, potensi pasar domestik bisa digarap lebih maksimal . Alasannya jika sangat tergantung pada pasar ekspor, maka harga jual di Indonesia bisa l angsung terimbas jika terjadi penurunan harga di pasar internasional.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau