Idrus: Kalau Memang Dibutuhkan, (SBY) Ya Dipanggil

Kompas.com - 15/01/2010, 17:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menanggapi tantangan perwakilan mahasiswa dan elemen masyarakat yang datang ke Gedung DPR RI, Ketua Pansus Hak Angket Pengusutan Kasus Bank Century Idrus Marham menyatakan keberanian Pansus untuk memanggil Presiden SBY. Meski tak eksplisit dikatakan, menurutnya, keputusan itu akan diambil selama dirasa dibutuhkan.

"Data yang menjadi instrumen. Dari saksi-saksi yang sudah didatangkan, misalnya Bu Ani. Kalau gilirannya (SBY) diperlukan, mengapa tidak. Tapi kalau sudah jelas ya kenapa harus dipanggil. Saya jamin (Pansus) akan konsisten terhadap apa yang dibutuhkan," ujarnya dalam forum pertemuan dengan mahasiswa dan elemen masyarakat.

Menurut Idrus, Pansus ingin bekerja dengan profesional. Data dan fakta menjadi elemen utama untuk menentukan siapa yang akan dipanggil kemudian, bagaimana menentukan kesimpulan dan pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab.

Namun, menurut Idrus, dia sampai sekarang belum melihat kebutuhan mendesak untuk menghadirkan SBY yang juga menjabat sebagai Presiden pada 2004-2009.

Sebelumnya, desakan untuk memanggil SBY didengungkan banyak pihak kepada Pansus, terutama pascapemanggilan mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dan Menkeu Sri Mulyani. Ada kesimpangsiuran fakta soal pelaporan keputusan dan eksekusi bailout dari Menkeu kepada Presiden dan Wapres pada saat itu.
 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau