Blair Tidak Menyesal

Kompas.com - 31/01/2010, 05:32 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Pers Inggris sungguh terguncang dengan pernyataan mantan Perdana Menteri Tony Blair yang tetap teguh tak menyesali langkahnya tujuh tahun lalu, saat Inggris ikut Amerika Serikat menyerang Irak dan menggulingkan pemerintahan sah Saddam Hussein.

Surat-surat kabar terkemuka Inggris, seperti the Guardian, The Independent, The Times of London, The Telegraph, dan The London Evening Standard, Sabtu (30/1), menyiratkan ungkapan keterkejutannya atas pernyataan mantan Perdana Menteri mereka di depan sidang dengar pendapat, Jumat di London, sebelum dilakukan sebuah penyidikan legal atas peran Inggris dalam konflik Irak tahun 2003.

Secara garis besar, pernyataan sikap Tony Blair di depan sebuah Panel Penyidikan atas Kasus Irak adalah, ”Dia merasa benar dengan tindakannya (ikut menggempur Irak bersama AS) dan kalau toh hal itu bisa terulang kembali, ia akan melakukan hal yang sama lagi.”

Testimoni Tony Blair yang berlangsung selama enam jam pada Jumat itu sungguh dinanti-nanti banyak orang. Selain membuat masyarakat Inggris menjadi terbelah, putusan Blair tujuh tahun silam untuk ikut AS menggempur Saddam Hussein juga dianggap sebagai ”sebuah kebodohan, menyerbu Irak hanya didasarkan pada data intelijen yang tak benar akan keberadaan senjata pemusnah massal yang dituduhkan dimiliki Irak.”

Neokonservatisme

The Guardian menggambarkan, Tony Blair dengan kemampuan retorikanya yang mengesankan mampu membuat para anggota panel ”terdiam membisu mendengarkan kuliah tentang neokonservatisme untuk mereka yang lambat belajar”. Akan tetapi, pernyataan panjang lebar Blair toh tidak menjawab legitimasi akan peran Inggris di Perang Irak.

Banyak di antara hadirin adalah sanak keluarga anggota pasukan sipil Inggris yang gugur di Irak (jumlah korban tewas dari Inggris waktu itu ada 179 jiwa). Mereka bukannya terkesan dengan retorika Blair, melainkan malah berang karena pernyataan tidak menyesal Blair. Bahkan, ketika Blair meninggalkan ruang sidang, seorang lelaki berteriak kepada Blair, ”Kamu pendusta!” Pengunjung lainnya malah lebih keras lagi, ”Kamu juga pembunuh.”

Sesi dengar pendapat 6 jam dengan Blair ini hanyalah satu dari serangkaian penyidikan sejak November 2009, yang dilakukan secara ekstensif guna mengungkap bukti yang bisa memperkuat legalitas akan tindakan Inggris yang ikut bersama AS menyerbu Irak pada 2003.

Meski pada masanya Tony Blair begitu populer, keputusannya untuk ikut AS menyerang Irak sungguh tak populer di Inggris.

Panel ini hanya berencana untuk menghasilkan sebuah laporan akan legalitas serangan itu walau tak memiliki mandat untuk membawa tuduhan kriminal apa pun terhadap keputusan Blair pada konflik Irak.

”Ini bukan tentang sebuah kebohongan, atau persekongkolan, atau penipuan maupun muslihat,” kata Blair, Jumat lalu. ”Ini adalah sebuah keputusan yang waktu itu harus saya ambil, berkaitan dengan sejarah Saddam dan berkaitan dengan senjata kimia yang ia gunakan, serta terkait dengan lebih dari sejuta orang yang tewas karenanya, dan berkaitan dengan sepuluh tahun pelanggaran resolusi PBB yang dilakukannya. Apakah kita akan tinggal diam dengan program senjatanya ini?” ungkap Tony Blair, yang oleh sebagian orang Inggris dituding sebagai ”anjing pudel Presiden AS George W Bush”.

Penyidikan kasus Irak ini terjadi enam bulan setelah Inggris menarik semua pasukannya dari Irak. (AP/Reuters/SHA)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau