Cuaca Lumpuhkan Ekonomi Nelayan

Kompas.com - 12/01/2012, 03:11 WIB

Brebes, Kompas - Cuaca ekstrem yang menimbulkan gelombang laut tinggi dan angin ribut di sejumlah daerah di Nusantara melumpuhkan aktivitas nelayan dan perekonomian antarpulau. Sejumlah pelabuhan bahkan ditutup demi keselamatan penumpang dan armada kapal.

Di perairan Kabupaten Brebes, Cilacap, dan Jepara, Jawa Tengah; Pantai Sadeng, Yogyakarta; pelabuhan Situbondo dan Gresik, Jawa Timur; serta pelabuhan feri Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), ancaman gelombang setinggi 3-5 meter memaksa nelayan membatalkan jadwal melaut dan distribusi barang kebutuhan serta transportasi orang antarpulau. Jalur laut Kupang-Aimere, Kupang-Ende, dan Kupang-Larantuka, kemarin, ditutup karena berbahaya bagi pelayaran. Lintasan Labuan Bajo (NTT)-Sape (Nusa Tenggara Barat) bahkan telah ditutup lebih dahulu.

Di Jawa, angin ribut di perairan Brebes mengakibatkan Kapal Motor (KM) Bunga Desa 03 di Pelabuhan Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Brebes, karam, Selasa (10/1) sekitar pukul 21.00. Kapal yang sedang sandar itu oleng, kemasukan air, dan selanjutnya karam diterpa gelombang dan angin ribut.

Sucipto (40), pemilik kapal, dan Ipin Haryanto (43), nelayan, menjelaskan, semua perbekalan untuk melaut berupa solar, es balok, dan bahan makanan musnah. Pemilik kapal rugi sekitar Rp 75 juta. Mesin dan sebagian badan kapal juga rusak karena terendam air. Hingga Rabu siang, para nelayan masih berusaha menyelamatkan kapal dengan menguras air dari badan kapal karam itu. Rencananya, kapal beserta 15 anak buah kapal (ABK) melaut Rabu pagi.

Sucipto menjelaskan, kapalnya berbobot mati 25 ton dan biasanya melaut 15 hari hingga ke perairan Sumatera Utara.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Brebes Rudi Hartono mengatakan, pihaknya mengimbau semua nelayan di Brebes berhati-hati karena ancaman gelombang tinggi masih akan terjadi hingga Februari. Saat ini, hanya sekitar 30 persen dari 350-an kapal di Pelabuhan Kluwut yang melaut.

Dua minggu tak melaut

Di perairan Pantai Sadeng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, cuaca buruk dan gelombang tinggi hingga 2,5 meter memaksa para nelayan tak melaut selama dua minggu terakhir. ”Perahu dengan bobot di atas 3 ton tak berani berlayar. Kalaupun ada yang berlayar hanya nelayan dengan perahu jukung kecil, itu pun hanya di pinggir pantai,” kata Abdul (50), nelayan di Pantai Sadeng, kemarin.

Para nelayan mengisi waktu dengan memperbaiki perahu-perahu mereka. Sebagian mengecat ulang perahu. ”Kami hanya mengandalkan hasil panen lalu. Nelayan yang tak bisa menabung akan kerepotan,” kata Abdul.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Riyadi mengatakan, gelombang laut setinggi 2,5-4 meter masih akan terjadi di sekitar Laut Selatan atau Samudra Hindia hingga 16 Januari nanti. Karena itu, nelayan diimbau untuk tidak berlayar.

Pelabuhan feri ditutup

PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) NTT, Rabu, menutup sejumlah lintasan ke Pulau Flores karena gelombang tinggi di perairan Laut Sawu. Lintasan yang ditutup di antaranya Kupang-Aimere, Kupang-Ende, dan Kupang-Larantuka. ”Perkiraan dari BMKG, gelombang di perairan Laut Sawu 3-5 meter,” kata Supervisi PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ende Ramadan di Ende, Flores.

Supervisi PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Labuan Bajo Sigit Purnomo menambahkan, penyeberangan untuk lintasan Labuan Bajo-Sape juga ditutup pada 8-9 Januari lalu karena ketinggian gelombang Laut Flores mencapai 4-5 meter.

Hal serupa terjadi pada penyeberangan penumpang dari Kabupaten Situbondo ke Madura. Penutupan penyeberangan mengakibatkan puluhan calon penumpang kapal batal berangkat. Pelabuhan Jangkar, Kabupaten Situbondo, kemarin, sepi dan tak ada kapal yang berlayar ke Pulau Sapudi atau Kalianget di Madura.

Rute pelayaran Gresik-Bawean juga terganggu. Pemerintah Kabupaten Gresik bersama Administratur Pelabuhan Gresik, kemarin, meminta kapal bantuan KM Kirana 1 jurusan Tanjung Perak, Surabaya-Sampit singgah di Pelabuhan Gresik dan mengangkut ratusan warga Bawean.

Di Cilacap, cuaca buruk mengakibatkan tangkapan ikan para nelayan anjlok hingga 50 persen. Akibatnya, harga ikan di sejumlah tempat pelelangan ikan melonjak. Ketua Rukun Nelayan Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC) Sri Gito menyebutkan, hasil tangkapan nelayan yang masuk ke PPSC rata-rata hanya 10 ton per hari. Padahal, biasanya 20 ton.

Cuaca buruk mengakibatkan industri pembuatan ikan asin di Muncar, Kabupaten Banyuwangi, terhenti. Mariam (45), salah satu pembuat ikan asin, mengaku tak mendapatkan ikan sama sekali karena tak ada nelayan yang melaut. Perajin ikan asin, Subrin Sarim (56), juga tak bisa mengeringkan ikan asin yang sudah ia buat sepekan lalu.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Jepara, Jateng, akan menambah persediaan beras di Kepulauan Karimunjawa 10 ton karena stok di kepulauan itu tinggal 20 ton. Namun, rencana pengiriman tambahan beras juga terhalang cuaca ekstrem. Asisten II Bidang Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara Mulyaji mengatakan masih menunggu cuaca membaik tiga hari ke depan.(ABK/WIE/HEN/GRE/NIT/SEM/ACI)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau