Di ArenA, Belanda kehilangan bek sentral yang paling diandalkan, Joris Mathijsen, yang cedera hamstring menit ke-16 dan digantikan Wilfred Bouma. Sejak itu, lini yang paling rentan, pertahanan, makin tertekan.
Marwijk kemudian menugasi pemain Feyenoord, Ron Vlaar, menggantikan posisi Mathijsen untuk mendampingi John Heitinga di sentral pertahanan. Legenda Belanda, Johan Cruyff, kemudian mengingatkan, dengan Mathijsen sekalipun, lini belakang masih mengkhawatirkan, apalagi tanpa bek asal klub Malaga Spanyol tersebut.
Kekhawatiran Cruyff terbukti di Stadion Metalist, Kharkiv, Sabtu lalu. Sangat dominan di lini tengah dan depan, bahkan sampai menguasai sekitar 60 persen penguasaan bola, pada menit ke-24, Belanda dikejutkan oleh gol Michael Krohn-Dehli.
Pemain klub Brondby yang dibesarkan Ajax Amsterdam itu menusuk dari sayap kiri, mengecoh dua pemain belakang Belanda, termasuk Heitinga, kemudian menembak deras melalui selangkangan kiper Maarten Stekelenburg.
Gol Krohn-Dehli bertahan sampai laga usai dan membuat semua ramalan yang menjagokan Belanda jungkir balik. Kemenangan 1-0 ini sekaligus balas dendam manis Denmark yang kalah pada laga perdana melawan Belanda di Piala Dunia 2010.
Sebagai tim underdog di Grup B yang memang dihuni para favorit juara, Denmark juga menikmati kemenangan pertama atas Belanda sejak tahun 1967.
Van Marwijk yang terpukul keras oleh kekalahan ini menilai, tim yang tampil lebih baik belum tentu bisa menang. ”Saya pikir kami bermain lebih baik ketimbang lawan, tetapi Anda memang harus mencetak gol,” ujar Marwijk, yang membawa Belanda ke final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan sebelum kalah oleh Spanyol yang jadi kampiun.
Benar. Hanya gol yang dihitung sebagai penentu kemenangan, bukan 28 peluang yang didapat Mark van Bommel dan kawan-kawan. Bukan pula dua klaim penalti yang diabaikan wasit Slovenia, Damir Skomina.
Justru Denmark yang tidak seberuntung Belanda—yang dikaruniai sejumlah talenta hebat serta nama besar—yang mampu mencetak gol dari sejumlah kecil kesempatan.
Kiper Stephan Andersen adalah pilihan kedua Pelatih Morten Olsen setelah kiper utama Thomas Sorensen cedera. Namun, sebagai pengganti, Andersen tampil gemilang terutama saat mementahkan peluang terbaik Belanda milik Klaas-Jan Huntelaar.
Denmark juga bertahan dengan sangat berkelas dipimpin oleh Daniel Agger, sang kapten. Pemain klub Liverpool Inggris ini layak diganjar predikat ”man of the match” meski Krohn-Dehli yang mencetak gol kemenangan.
Sebagai penanggung jawab utama pertahanan, Agger menggunakan hampir semua anggota badannya untuk menahan gerakan dua pemain paling berbahaya Belanda, yaitu Robin van Persie dan Arjen Robben. Pada satu momen, pemain yang menghiasi sekujur tubuhnya dengan rajah ini menghalau bola dengan dadanya dalam posisi tersungkur untuk menahan kans Van Persie.
Nyaris tanpa pemain berkelas bintang dan sadar kalah dalam kualitas lini tengah dan depan, Denmark memilih bermain defensif dengan disiplin tinggi di wilayahnya sendiri. Meski cenderung bertahan, Agger dan kawan-kawan terus meningkatkan persentase penguasaan bola di babak kedua.
Dengan hanya menempatkan empat pemain di wilayah pertananan Belanda, Denmark masih mampu mencetak beberapa peluang di depan gawang Stekelenburg,
Sebaliknya, Belanda masuk lapangan Stadion Metalist di bawah suhu udara 27 derajat Celsius sebagai favorit pemenang. Sejumlah nama besar yang diboyong Van Marwijk seakan menjadi jaminan tiga poin di grup neraka yang juga dihuni Jerman dan Portugal tersebut.
Dari sederet nama tenar yang diboyong juara Eropa 1988 itu, Robin van Persie-lah yang menjadi bintang. Bersama Arsenal pada musim yang baru berlalu, ujung tombak ini menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris dengan catatan fantastik, 30 gol.
Namun, di Metalist, Van Persie tampil dengan wajah yang lain. Dia kehilangan hampir semua intuisi dan ketajaman mencetak gol. Eksekusinya tak banyak menguji kiper Andersen. Bahkan, pemain yang konon diperebutkan sejumlah klub ternama itu sempat menendang ruang hampa, justru ketika dia sudah berhadapan dengan kiper Denmark.
Bintang lain, Arjen Robben, setali tiga uang. Pemain klub Bayern Muenchen ini mengusai panggung sayap kanan atau wilayah kiri pertahanan Denmark. Robben menari-nari, menyisir garis pinggir, menusuk diagonal ke kotak penalti, tetapi tidak menyelesaikan setiap aksinya dengan baik.
Sekali waktu, aksi giring Robben mendapatkan ruang tembak ideal. Namun, tendangannya hanya menerpa tiang gawang Andersen yang sudah pasrah.
Di seberang Robben, Ibrahim Affelay bermain lebih taktis. Penempatan posisi pemain Barcelona yang lama dibekap cedera ini lebih banyak membuka ruang bagi Van Persie.
Meski beberapa kali juga mendapat peluang, Afellay gagal mengonversinya menjadi gol.
Secara umum, Belanda juga kehilangan kreativitas tim begitu masuk wilayah pertahanan Denmark. Harapan pengaturan irama yang dibebankan kepada Wesley Sneijder jauh dari kenyataan. Pemain Internazionale Milan ini sama buntunya dengan Van Persie, Robben, dan Affelay.
Setelah berulang kali gagal menaklukan Andersen, para pemain Belanda cenderung individualis. Mereka seperti kehilangan kesabaran, hampir semua pemain tengah dan depan memaksakan diri melepaskan tendangan jarak jauh yang hanya menghasilkan tendangan gawang Denmark.
Pada 20 menit terakhir, Van Marwijk memasukan tiga pemain dengan karakter ofensif, yaitu Dirk Kuyt, Rafael van der Vart dan Klaas-Jan Hunterlaar, untuk menambah daya dobrak. Namun, pertahanan Dermark tetap kokoh dan Belanda harus menerima kekalahan di laga pembukanya di Euro 2012.
Kekalahan ini membuat partai selanjutnya melawan Jerman pada 13 Juni menjadi laga hidup-mati bagi ”Oranye”. Jerman sendiri dipastikan tampil habis-habisan untuk memastikan lolos ke perempat final setelah sukses menekuk Portugal 1-0 di Lviv lewat gol Mario Gomez.
”Kami tidak akan melempar handuk,” ujar Van Marwijk. ”Kami harus menang melawan Jerman. Kami pernah melakukannya dan akan melakukannya sekali lagi,” tuturnya.
Di hari yang sama, Denmark juga berambisi lolos ke putaran delapan besar saat berhadapan dengan Portugal yang menjalani laga ”harus menang”.