Advertorial

Disfungsi Ereksi Bukan Tabu, Ketahui Penyebab, Risiko, dan Cara Medis Mengatasinya

Kompas.com - 27/05/2025, 10:59 WIB

KOMPAS.com – Disfungsi ereksi kerap dianggap tabu dan memicu rasa canggung bagi sebagian orang. Padahal, pemahaman soal disfungsi ereksi penting dimiliki, tidak hanya bagi pria, tetapi juga perempuan untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan pasangan.

Apalagi, disfungsi ereksi bukan sekadar persoalan performa, melainkan indikator gangguan kesehatan yang lebih serius.

Dokter Spesialis Urologi di Mayapada Hospital Surabaya dr Aditya Pramanta, SpU menjelaskan, ereksi merupakan respons alami pada penis akibat rangsangan seksual atau sentuhan fisik.

Saat terjadi rangsangan seksual atau sentuhan fisik, aliran darah ke penis meningkat. Hal ini menyebabkan penis mengeras.

Apabila terjadi gangguan pada proses tersebut, timbullah kondisi yang disebut disfungsi ereksi. Kondisi ini ditandai dengan berbagai gejala, mulai dari kesulitan mempertahankan ereksi, tidak mampu mendapatkan ereksi, penurunan gairah seksual, hingga rasa tidak puas saat berhubungan intim.

Dokter Aditya menjelaskan, disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh faktor organik, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas.

“Selain itu, faktor psikogenik, seperti stres atau gangguan psikologis, juga dapat menjadi penyebab. Bahkan, (penyebab disfungsi ereksi) bisa merupakan gabungan keduanya,” jelas dr Aditya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (26/5/2025).

Ada beberapa faktor risiko yang turut memicu disfungsi ereksi, di antaranya adalah usia di atas 50 tahun, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, serta aktivitas fisik yang kurang.

(Baca juga: Sering Nyeri di Tengah Perut? Kenali Gejala dan Penanganan Pankreatitis Sejak Dini)

Dokter Spesialis Urologi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Akbari Wahyudi Kusumah, SpU menambahkan, gangguan ereksi juga berkaitan dengan risiko penyakit jantung.

“Pria yang mengalami gangguan ereksi memiliki risiko mengalami serangan jantung dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis urologi atau andrologi, bukan mencari pengobatan alternatif,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa kemampuan ereksi bukan hanya soal kesehatan seksual, melainkan juga cerminan kondisi fisik dan psikologis pria secara keseluruhan.

Deteksi dini dan penanganan medis

Tingkat keparahan disfungsi ereksi dapat diketahui dengan pengukuran menggunakan metode Erection Hardness Score (EHS), yakni skala tingkat kekerasan ereksi yang dibagi menjadi empat derajat.

Derajat pertama digambarkan seperti tahu, yakni penis membesar, tetapi tidak keras. Derajat kedua, yakni penis mulai mengeras, seperti pisang kupas, tetapi belum cukup untuk penetrasi.

Adapun derajat ketiga adalah penis cukup keras, seperti pisang, tapi belum maksimal. Sementara, derajat keempat adalah penis keras optimal seperti timun, cukup untuk aktivitas seksual normal.

Derajat pertama hingga ketiga disfungsi ereksi kini dapat ditangani secara medis. Salah satunya menggunakan metode Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT).

“ESWT dilakukan dengan mengarahkan gelombang kejut ke area jaringan penis. Tujuannya adalah meningkatkan aliran darah, merangsang pembentukan pembuluh darah baru, dan memperbaiki fungsi ereksi,” jelas dr Akbari.

Prosedur ESWT memiliki beberapa keunggulan, yakni tidak memerlukan suntikan atau pembiusan, tanpa pembedahan, tidak menimbulkan luka, proses cepat, dan minim komplikasi.

(Baca juga: Sering Nyeri di Tengah Perut? Kenali Gejala dan Penanganan Pankreatitis Sejak Dini)

Meski demikian, lanjut dr Akbari, pasien perlu menjalani pemeriksaan menyeluruh terlebih dahulu agar dokter dapat menentukan penanganan terbaik sesuai kondisi pasien.

Menurutnya, disfungsi ereksi perlu dikonsultasikan secara langsung dengan dokter spesialis urologi di fasilitas yang menangani gangguan saluran kemih dan reproduksi.

Salah satu pusat layanan tersebut adalah Tahir Uro Nephrology Center Mayapada Hospital yang menyediakan layanan komprehensif, mulai dari deteksi dini, diagnosis, penanganan noninvasif, hingga tindakan minimal invasif untuk masalah ginjal dan saluran kemih.

Bagi Anda atau pasangan yang ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait disfungsi ereksi, pemeriksaan dapat dijadwalkan melalui aplikasi MyCare dari Mayapada Hospital.

Aplikasi tersebut memiliki berbagai fitur, seperti Healthy Lifestyle yang terhubung dengan Google Fit serta Health Access untuk memantau aktivitas olahraga dan kebugaran Anda. Selain itu, MyCare juga menyediakan konten kesehatan terkini melalui fitur Health Articles & Tips.

Aplikasi MyCare dapat diunduh melalui Google Play Store ataupun App Store. Khusus bagi pengguna yang baru pertama kali mendaftar, akan mendapatkan reward point yang dapat digunakan sebagai potongan harga layanan di Mayapada Hospital.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau