Advertorial

Begini Cara Bedakan Mag, Gastritis, dan Gerd Menurut Dokter Mayapada Hospital

Kompas.com - 30/05/2025, 14:48 WIB

KOMPAS.com - Kesibukan sehari-hari sering kali membuat pola makan menjadi tidak teratur. Banyak orang akhirnya terpaksa makan dengan tergesa-gesa, melewatkan waktu makan, atau mengonsumsi makanan kurang sehat.

Kebiasaan tersebut jelas dapat memicu berbagai masalah pencernaan, mulai dari perut kembung, nyeri ulu hati, atau sensasi panas di dada.

Gejala-gejala tersebut umumnya dikaitkan dengan penyakit mag. Namun, bisa pula menjadi tanda dari gangguan lambung lain, seperti gastritis (radang lambung) atau gastroesophageal reflux disease (Gerd), yaitu kondisi saat asam lambung naik ke kerongkongan.

Ketiga penyakit lambung tersebut memiliki penyebab yang mirip, seperti pola makan tidak teratur, stres, dan infeksi

Lantaran punya penyebab dan gejala yang mirip, pemahaman terkait perbedaan antara penyakit-penyakit itu perlu dimiliki agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

Beda mag, gastritis, dan Gerd

Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Konsultan Hati dan Saluran Cerna Mayapada Hospital Surabaya dr Gunady Wibowo R SpPD, KGEH memberikan panduan lengkap terkait ketiga gangguan lambung itu.

Mag atau dalam istilah medis disebut dispepsia merupakan sekumpulan gejala gangguan pencernaan yang terjadi di saluran pencernaan atas.

“Keluhannya berupa nyeri hingga rasa terbakar di area ulu hati (epigastrium), perut terasa penuh, cepat kenyang, mual, dan bahkan muntah,” ujar dr Gunady dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (27/5/2025).

Sementara, gastritis adalah peradangan pada dinding lambung yang umumnya ditandai dengan nyeri yang terasa panas atau perih di ulu hati, perut kembung, mual dan muntah, nafsu makan menurun, cegukan, serta cepat kenyang.

Jika peradangan semakin parah, gastritis dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna yang ditandai dengan feses berwarna hitam dan muntah darah.

Kemudian, Gerd terjadi akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Kondisi ini disebabkan oleh pelemahan otot di bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter/LES). Akibatnya, asam lambung pun menjadi naik dan menyebabkan iritasi.

Gejala Gerd, jelas Gunady, meliputi sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, nyeri di dada, sensasi mengganjal di tenggorokan, serta perut kembung.

“Gerd dapat semakin parah jika penderita makan dalam porsi besar, langsung berbaring setelah makan, atau saat beristirahat malam,” imbuhnya.

Gerd, tambah dr Gunady, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti obesitas, kehamilan, usia lanjut, kebiasaan tidur setelah makan, serta konsumsi obat-obatan tertentu.

Selain itu, kondisi seperti melemahnya dinding lambung (gastroparesis), hernia hiatus, atau riwayat operasi di area dada dan perut bagian atas juga dapat meningkatkan risiko GERD.

Secara umum, baik gastritis maupun GERD sering kali dipicu oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti makan yang tidak teratur, konsumsi makanan tinggi lemak, garam, pedas, dan asam secara berlebihan.

Baca Juga: Sering Nyeri di Tengah Perut? Kenali Gejala dan Penanganan Pankreatitis Sejak Dini

Risiko juga meningkat dengan penggunaan obat pereda nyeri yang terlalu sering, kebiasaan merokok (baik aktif ataupun pasif), stres, dan faktor usia.

“Beberapa kondisi medis, seperti penyakit autoimun, HIV/AIDS, penyakit Crohn, riwayat operasi besar, dan gangguan ginjal atau liver juga bisa berkontribusi terhadap masalah lambung,” terangnya.

Pencegahan dan penanganan penyakit lambung

Bagi Anda yang mengalami salah satu masalah pencernaan, baik mag, gastritis, maupun GERD, dr Gunady memberikan beberapa tip untuk pencegahan.

Pertama, terapkan pola makan karena sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Kedua, usahakan memberi jeda 4–6 jam antara sarapan, makan siang, dan makan malam, serta konsumsi camilan sehat agar perut tidak kosong.

Ketiga, batasi makanan pedas, asam, dan kopi, serta kelola stres dengan baik untuk mencegah gangguan pencernaan.

“Jika gejala penyakit lambung tidak kunjung membaik, lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter. Namun, jika kondisi semakin memburuk, dokter akan merekomendasikan prosedur endoskopi,” ucap dr Gunady.

Prosedur endoskopi bertujuan untuk memeriksa saluran pencernaan menggunakan endoskop, yaitu selang fleksibel dengan kamera di ujungnya.

Dengan alat tersebut, dokter dapat melihat kondisi esofagus, lambung, dan saluran cerna lain melalui layar monitor.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Muhammad Yugo Hario Sakti Dua Sp.PD-KGEH menjelaskan bahwa endoskopi dilakukan untuk melihat langsung kondisi lambung, termasuk lokasi peradangan, seberapa parah kondisinya, serta kemungkinan penyebab lain.

“Dari hasil pemeriksaan, dokter dapat menentukan pengobatan yang paling tepat. Pada kasus gastritis yang sering kambuh, endoskopi juga bisa membantu mencari penyebab lain. Misalnya, penyakit radang usus (IBD)," jelas dr Hario.

Endoskopi tidak hanya berfungsi sebagai alat diagnostik, tetapi juga sebagai prosedur medis, seperti mengangkat polip, menghentikan perdarahan di saluran cerna, atau mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk analisis lebih lanjut.

"Endoskopi dapat digunakan untuk mendiagnosis dan sekaligus mengobati berbagai penyakit, seperti batu empedu, gangguan pankreas, varises di saluran makan atas, polip atau kanker usus besar, serta kerusakan lapisan kerongkongan (Barrett’s esophagus)," tutur dr Hario.

Jika gejala penyakit lambung tidak kunjung membaik, dr Hario menyarankan untuk segera mengonsultasikan masalah itu dengan dokter agar bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Selain itu, pemilihan fasilitas kesehatan dengan layanan lengkap dan tenaga medis berpengalaman juga menjadi langkah penting.

Di Indonesia, salah satu fasilitas terbaik yang dapat dipilih untuk membantu mengatasi masalah penyakit lambung adalah Gastrohepatology Center Mayapada Hospital.

Fasilitas tersebut menyediakan layanan komprehensif dengan tim dokter multidisiplin yang bersinergi dalam pemeriksaan, diagnosis, dan pengobatan gangguan saluran cerna.

Dengan teknologi medis terkini, seperti USG abdomen, CT scan, MRI, endoskopi, hingga laparoskopi, pasien dapat memperoleh deteksi dini dan penanganan yang lebih optimal.

Untuk kemudahan akses layanan kesehatan, Mayapada Hospital menghadirkan aplikasi MyCare. Aplikasi ini memungkinkan Anda untuk membuat janji temu dengan dokter kapan pun dan di mana saja.

Anda juga bisa menggunakan fitur Emergency Call dalam kondisi darurat pada aplikasi itu.

Ada juga berbagai fitur kesehatan penting lain yang tersedia pada aplikasi MyCare.

Salah satu fitur tersebut adalah Fitur Health Articles & Tips yang menyediakan informasi kesehatan seputar lambung.

Kemudian, ada fitur Personal Health yang terintegrasi dengan Google Fit dan Health Access untuk memantau kondisi tubuh, termasuk jumlah langkah harian, detak jantung, serta body mass index (BMI).

Unduh MyCare di Google Play Store atau App Store sekarang dan nikmati reward berupa potongan harga bagi pengguna baru untuk layanan kesehatan di seluruh Mayapada Hospital.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau