TRENGGALEK, KOMPAS,com – Ratusan pedagang yang berkumpul di Pendapa Manggala Praja Nugraha, Trenggalek, tampak antusias saat mendengar paparan rencana pembangunan Pasar Pon Trenggalek.
Selain menjelaskan rencana revitalisasi, Pelaksana tugas (Plt) Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, yang didampingi perencana pembangunan gedung baru Pasar Pon, dengan sabar menerima keluhan serta masukan dari para pedagang itu.
Misalnya, mengenai luasan kios hingga persoalan kebersihan yang selama ini menjadi tantangan dalam fasilitas umum tersebut.
(Baca: Pedagang Pasar Pon Mengadu pada Bupati Trenggalek)
Arifin mengatakan, para pedagang berharap pembangunan pasar tersebut dipercepat. Keinginan para pedagang dinilai cukup logis karena pedagang berjualan di tempat relokasi memang tidak menguntungkan.
“Pembangunan pasar ini paling cepat akan dilaksanakan dalam satu setengah tahun. Sebelumnya, direncanakan bertahap selama tiga tahun,” katanya dalam siaran tertulis, Rabu (16/5/2018).
Langkah pertama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Trenggalek yakni membangun sarana atau tempat relokasi untuk menampung sementara pedagang tersebut.
(Baca: Pasar Tradisional Trenggalek akan Disulap Seperti Pasar Modern BSD)
Tahapan ini dijadwalkan rampung setelah Lebaran 2018 atau sekira Agustus atau September mendatang.
“Persiapan untuk tempat relokasi sudah kita siapkan setelah hari raya ini, sudah kita mulai," ujarnya.
Lalu, pada November dan Desember 2018 akan dilakukan lelang kegiatan fisik Pasar Pon. Dengan begitu, pemenang lelang bisa mulai mengerjakan proyek Pasar Pon pada awal 2019.
Dalam sosialsisasi tersebut, para pedagang menyetujui tahapan-tahapan tersebut.
"Momentum puasa dan lebaran adalah saat yang ditunggu oleh para pedagang. Sehingga, mereka sedikit keberatan jika relokasi dilaksanakan pada momen tersebut," katanya.
Pasar darurat
Kendala sementara ini adalah masalah relokasi pedagang. Berdasarkan catatan pemerintah, sekitar 700 pedagang bakal menempati pasar sementara.
“Alternatifnya nanti sebagian pedagang akan di tempatkan di Jalan Dewi Sartika. Untuk masalah keamanan, karena ada banyak barang dagangan bernilai ekonomi tinggi seperti emas, kami akan sediakan keamanan terpadu, Satpol PP dan kepolisian untuk menjaga,” katanya.
Meniru pasar di Inggris
Desain pasar Pon ini terinspirasi dari salah satu pasar di Inggris. Tidak hanya soal bentuk bangunan namun juga pola penataan yang baik.
“Tentunya tetap menyesuaikan nilai-nilai lokal Trenggalek, bentuk lapak dan barang dagangan tidak berubah,” kata perencana revitalisasi Pasar Pon, Mohammad Fatok Wibowo,
Dalam proses perencanaannya, pihaknya telah memiliki data penghuni atau pedagang yang ada di pasar.
Dengan demikian, jumlah lapak menyesuaikan dengan kebutuhan pedagang tersebut. Konsekuensinya, nantinya ada sebagian pedagang yang ditempatkan di lantai dua.
(Baca: Pasar Pon Trenggalek Bakal Jadi Pasar Modern)
“Nah bagaiamana agar yang di lantai dua ini secara nilai ekonomisnya tidak berkurang, Kami telah menyiapkan travelator, ada void seperti yang di pusat perbelanjaan modern. Itu adalah sarana visual sehingga orang orang dibawah itu bisa dilihat di bagian atas,” ujarnya.
Fatok optimistis dengan rancangan semacam itu bisa menciptakan konektivitas antara pedagang yang ada di bawah dan pedagang yang ada di lantai dua.
Menurut dia, menciptakan aktivitas ekonomi yang baik perlu ditunjang dengan kultur pasar. Kebiasaan-kebiasaan pedagang sangat menentukan perputaran ekonomi di suatu pasar.
“Jadi budaya berdagangnya juga berubah. Misalnya, soal jumlah barang dagangannya, faktor kebersihan juga. Mungkin pemerintah daerah bisa menyewa jasa petugas kebersihan untuk mengatasi persoalan sampah di pasar,” ujarnya. (KONTRIBUTOR TRENGGALEK/ SLAMET WIDODO)