Advertorial

Tim Dokter Mayapada Hospital Bandung Sukses Tangani Bayi dengan Acalvaria

Kompas.com - 17/05/2024, 15:03 WIB

KOMPAS.com - Pada Desember 2023, dunia medis Tanah Air sempat dihebohkan dengan kabar bayi yang lahir dengan kondisi kelainan kepala di Mayapada Hospital Bandung.

Bayi tersebut lahir dengan kondisi tanpa sebagian kulit kepala, sebagian tulang tempurung kepala, dan sebagian selaput pembungkus otak. Namun, tulang wajah dan otak bayi itu tetap terbentuk dan ada dalam batas normal.

Dalam dunia medis, masalah kesehatan yang dialami oleh anak tersebut dinamakan acalvaria.

Berdasarkan International Journals of Pediatrics, angka kejadian acalvaria di dunia adalah kurang dari 1 kasus per 1 juta kehamilan.

Salah satu tim dokter Mayapada Hospital Bandung yang menangani kasus bayi acalvaria, yakni Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi dr Yani Dewi Suryani SpA, SubspNeo (K), MKes, mengatakan bahwa penyebab acalvaria masih belum diketahui dengan pasti.

Menurut sebagian peneliti, penyakit tersebut diduga disebabkan oleh gangguan pascaproses pembentukan sistem saraf pusat (neurulasi) pada minggu ke-4 hingga ke-8 kehamilan.

”Secara umum, kelainan bawaan pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor genetik, usia dan asupan gizi ibu saat kehamilan, penyakit dan infeksi selama kehamilan, polusi, radiasi, serta penggunaan obat-obat tertentu,” ujar dr Yani dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (16/5/2023).

Penyakit acalvaria jelas berbahaya karena mengancam nyawa dan bersifat letal atau menyebabkan kematian.

Baca Juga:Mayapada Hospital Bandung Berhasil Angkat Tumor di Belakang Hidung Tanpa Bekas Luka

Hal itu lantaran acalvaria dapat menyebabkan sebagian jaringan otak langsung terekspos dengan udara luar sehingga rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas fisik ataupun infeksi.

Kebanyakan kasus acalvaria menyebabkan kematian janin, baik saat masih di dalam kandungan maupun bayi setelah lahir.

Di seluruh dunia, kasus bayi acalvaria yang bertahan hidup dilaporkan berjumlah sangat kecil, bahkan dapat dihitung menggunakan jari.

Meski begitu, Mayapada Hospital Bandung mampu memberikan usaha yang luar biasa sehingga bayi yang lahir di rumah sakit tersebut kini dalam kondisi yang baik.

Penanganan pada bayi itu dilakukan sejak masa kehamilan hingga setelah bayi lahir dengan melibatkan tim dokter ahli dari berbagai disiplin ilmu dan spesialisasi di Mayapada Hospital Bandung.

Kelainan pada bayi itu pertama kali dicurigai sejak usia kehamilan 12 minggu oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr Nana Sarnadi SpOG, MMRS.

Kemudian, dr Nana bersama Dokter Spesialis Kebidanan Dan Kandungan Konsultan Fetomaternal Prof Dr dr Jusuf Sulaeman Effendi SpOG, SubspKFm, mengajak pasien untuk menjalani pemeriksaan dan pengawasan lebih lanjut.

Pada akhirnya, proses kelahiran berjalan dengan lancar melalui proses caesar. Pasien dan bayi berada dalam kondisi sehat serta selamat.

Setelah bayi dengan kondisi acalvaria itu lahir, ia langsung mendapatkan perawatan intensif di ruangan NICU Mayapada Hospital Bandung oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi dr Yani Dewi Suryani SpA, SubspNeo (K), Mkes.

Jalani 2 kali pembedahan

Selama menjalani perawatan intensif di Mayapada Hospital Bandung, bayi dengan acalvaria tersebut harus menjalani 2 kali tindakan pembedahan kepala pada Desember 2023.

Pembedahan itu dilakukan oleh Dokter Spesialis Bedah Saraf Konsultan Neuro-Onkologi dr Agung Budi Sutiono SpBS, SubspN-Onk (K), PhD, DrMedSci dengan dibantu oleh Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Konsultan Bedah Tangan dr Betha Egih Riestiano, SpBPRE, SubspT (K).

Baca Juga: Terapkan Layanan Berstandar Internasional, Mayapada Hospital Jakarta Selatan Raih Akreditasi Internasional JCI

“Operasi pertama dilakukan untuk menutup otak menggunakan selaput otak sintetis agar organ ini terlindungi dan terhindar dari risiko infeksi. Dalam rentang waktu tiga minggu, operasi kedua dilakukan untuk merawat jaringan otak yang rusak. Kami pun merekonstruksi kulit kepala agar dapat memberikan perlindungan maksimal dan memastikan tumbuh kembang otaknya optimal,” kata dr Agung.

Usai operasi kedua, tambah dr Agung, bayi tersebut langsung menjalani terapi pernapasan bersama Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dr Stenli Irwan Digdjaja SpKFR.

Bayi itu pun akhirnya mampu bernapas secara mandiri dan lepas dari bantuan mesin pernapasan pada awal 2024.

Mengingat kasus acalvaria sangat jarang terjadi, hingga saat ini, belum ada kesepakatan universal mengenai penanganan terbaik untuk kondisi tersebut, baik melalui pendekatan konservatif (tanpa operasi) atau melalui pembedahan.

“Oleh karena itu, keberhasilan Mayapada Hospital bandung dalam menangani kasus acalvaria merupakan pencapaian penting dalam dunia medis Indonesia. Hal ini tentu tak lepas berkat adanya kerja sama antara dokter-dokter berbakat dari berbagai spesialisasi,” ucap dr Agung.

Sebagai informasi, kasus bayi dengan acalvaria pertama yang berhasil bertahan hidup pertama kali dilaporkan terjadi di Jepang.

Masalah tersebut ditangani dengan melakukan pembedahan untuk menutup defek atau cacat pada kulit kepala penderita.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fetomaternal Mayapada Hospital Bandung Prof Dr dr Jusuf Sulaeman Effendi SpOG, SubspKFm menuturkan, acalvaria memiliki risiko yang sangat fatal dengan rangkaian penanganan yang tidak mudah.

Maka dari itu, apabila acalvaria terjadi pada bayi, diagnosis dini yang tepat selama pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan untuk menentukan intervensi yang sesuai dan mencegah angka kematian.

Hal itu juga diperlukan untuk mencegah trauma psikologis yang mungkin terjadi saat kelahiran bayi.

“Kasus acalvaria sendiri biasanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG transvaginal pada usia kehamilan sekitar 12 minggu,” tutur dr Jusuf.

Untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kelainan bawaan lahir, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua.

Hal tersebut, seperti skrining dan konsultasi prakonsepsi untuk mengidentifikasi faktor risiko dan tindakan pencegahan yang bisa dilakukan serta mengendalikan kondisi medis yang bisa memengaruhi kehamilan, seperti diabetes dan hipertensi.

Kemudian, pastikan asupan gizi yang cukup dan seimbang, tidak mengkonsumsi alkohol, dan hindari paparan asap rokok serta zat berbahaya lain (zat kimia, obat-obatan, radiasi) saat masa kehamilan.

“Imunisasi sebelum dan selama kehamilan, seperti vaksin rubella juga diperlukan,” ucap dr Jusuf.

Baca Juga:Lakukan Transformasi, Mayapada Hospital Bogor Hadirkan Layanan Kesehatan Berkualitas di Jawa Barat

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau