Advertorial

Pentingnya Pemeriksaan Dini untuk Kelainan Pembuluh Darah Otak Menurut Dokter di Mayapada Hospital

Kompas.com - 25/09/2024, 11:44 WIB

KOMPAS.com - Individu yang mengalami gangguan atau kelainan pembuluh darah pada otak memiliki risiko kesehatan serius.

Oleh karena itu, orang dengan kelainan tersebut dianjurkan untuk segera memeriksakan kondisinya untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Gangguan peredaran darah pada otak umumnya disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah dikarenakan kelainan perkembangan pembuluh darah yang menghubungkan arteri dan vena di otak.

Kelainan itu jadi mengakibatkan pembuluh darah membentuk struktur mirip benang kusut atau dalam istilah medis disebut nidus.

Nidus dikenal sebagai malformasi pembuluh darah atau arteriovenous malformation (AVM). Kondisi ini pada otak biasanya bersifat rapuh dan berisiko pecah sewaktu-waktu. Ini jadi berpotensi menyebabkan stroke perdarahan.

Kasus AVM sendiri pernah terjadi pada seorang pria berusia 39 tahun. Saat mengalami gangguan itu, ia mendadak mengalami kelemahan anggota gerak kanan dengan disertai gangguan daya ingat dan bicara.

Untunya, AVM pada pria tersebut berhasil ditangani dengan baik melalui prosedur angiografi otak (digital subtraction angiography/DSA) dan embolisasi endovaskular.

Penanganan itu ia dapatkan saat berobat di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung di bawah perwatan Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi dr Condrad MP Pasaribu SpN(K), FINS.

Baca juga: Mayapada Hospital Bandung Berhasil Angkat Tumor di Belakang Hidung Tanpa Bekas Luka

Terkait kasus tersebut, dr Condrad mengatakan, pasien telah ditangani dengan tindakan DSA dan embolisasi endovaskular untuk menemukan serta mengatasi penyebab keluhan.

Kedua tindakan itu dilakukan dengan memakai bius (anestesi) umum di ruangan Cath lab (ruangan kateterisasi).

DSA dilakukan untuk melihat gambaran pembuluh darah otak dan leher. Caranya, dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di lipatan paha.

Kateter itu kemudian dinavigasikan sampai ke pembuluh darah leher dan otak dengan bantuan wire dan dipandu dengan fluoroskopi atau sinar X. Ini dilakukan agar gambar pembuluh darah leher dan otak bisa dilihat secara detail.

“Kemudian, dilakukan embolisasi endovaskular atau bedah minimal invasif (minim sayatan) dengan memasukkan zat khusus yang berfungsi menyumbat aliran darah menuju nidus AVM. Ini untuk mengurangi tekanan di otak, menormalkan kembali aliran darah di otak, dan mencegah pecahnya (ruptur) AVM,” ujar dr Condrad dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (23/9/2024).

Dokter Condrad memaparkan, keluhan pasien membaik setelah dilakukan tindakan. Ia juga dapat berbicara dan bercerita dengan lancar

Adapun nyeri kepala, kelemahan anggota gerak, atau gangguan saraf yang lain tidak lagi dirasakan.

Meski begitu, tetap dibutuhkan pemeriksaan berkala memastikan AVM telah sembuh sepenuhnya dan tidak kambuh kembali di kemudian hari.

Baca juga: Tim Dokter Mayapada Hospital Bandung Sukses Tangani Bayi dengan Acalvaria

Faktor penyebab AVM

Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi Mayapada Hospital Surabaya dr Dedy Kurniawan SpN(K), FINA, menjelaskan bahwa penyebab terbentuknya AVM pada otak belum diketahui dengan pasti.

Namun, masalah tersebut diduga terjadi akibat kelainan genetik atau diturunkan dari anggota keluarga.

“Kebanyakan AVM sudah ada saat lahir dan terbentuk selama perkembangan janin. Meski begitu, AVM juga dapat terbentuk di kemudian hari. Selain sering terjadi pada otak, AVM juga kerap terjadi pada tulang belakang,” jelas dr Dedy.

Menurut dr Dedy, AVM pada otak dapat terbentuk tanpa menimbulkan gejala sama sekali sampai akhirnya pecah dan terjadi stroke perdarahan di otak.

Namun, pada sebagian orang, terdapat beberapa gejala yang dirasakan, seperti nyeri kepala pada satu sisi/area kepala, kejang, kelemahan pada satu sisi anggota gerak, dan gangguan neurologis lainnya.

Gejala tersebut dapat timbul karena ukuran AVM yang semakin membesar, menekan jaringan otak, serta mengganggu aliran darah normal di sekitarnya.

Stroke perdarahan di otak akibat pecahnya AVM merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan dapat terjadi secara tiba-tiba.

Untuk mencegahnya, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan pemeriksaan dini.

“Pemeriksaan dini penting, terutama untuk siapapun yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembuluh darah otak. Semakin dini AVM diketahui, penanganannya juga akan semakin optimal,” ucap dr Dedy. 

Untuk diketahui, Tahir Neuroscience Center yang ada di seluruh unit Mayapada Hospital melayani pemeriksaan dini serta penanganan AVM seperti kasus yang terjadi di Bandung.

Tahir Neuroscience Center menyediakan layanan komprehensif untuk penanganan gangguan saraf, otak, dan tulang belakang.

Layanan itu mencakup berbagai tahap perawatan, mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf, hingga neuro rehabilitasi.

Tahir Neuroscience Center juga berpengalaman menangani kasus kompleks lainnya dengan tindakan advanced, seperti operasi tumor kepala dan saraf tulang belakang secara minimal invasif, trigeminal neuralgia, deep brain stimulation untuk penanganan parkinson, dan operasi tumor tulang belakang.

Baca juga: Mayapada Hospital Bandung Berhasil Angkat Tumor di Belakang Hidung Tanpa Bekas Luka

Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau