KOMPAS.com – Tren olahraga lari di Tanah Air lari kian meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terbukti dari semakin banyak kompetisi lari, seperti 5K, 10K, hingga maraton.
Salah satu ajang lari yang turut meramaikan tren tersebut adalah Surabaya Medic Air Run 2025, Minggu (4/5/2025).
Di tengah tingginya antusiasme terhadap olahraga lari, penting juga untuk mempersiapkan diri secara menyeluruh, mulai dari kebugaran fisik hingga pemilihan sepatu yang tepat.
Setiap detail, sekecil apa pun, penting untuk diperhatikan karena pelari rentan mengalami cedera selama masa latihan.
Adapun cedera sering kali menjadi hambatan bagi pelari, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri hebat. Bahkan, bisa berujung pada did not finish (DNF) saat kompetisi.
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Mayapada Hospital Surabaya, dr Reyner Valiant Tumbelaka, M Ked Klin, SpOT menjelaskan lima cedera yang sering dialami para pelari.
Baca Juga: Cegah Cedera dan Tingkatkan Kebugaran dengan Cross-Training Setelah Maraton
Dokter Reyner mengatakan, salah satu cedera yang paling sering dialami pelari adalah ankle sprain atau keseleo. Cedera ini kerap dianggap sepele para pelari.
“Padahal tanpa penanganan yang tepat, cedera ini mudah kambuh, terutama jika terjadi di sisi yang sama. Kondisi ini juga bisa menjadi tanda bahwa refleks tubuh dalam menjaga keseimbangan mulai melemah,” ujar dr Reyner dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (19/5/2025).
Tak hanya keseleo, pelari juga kerap mengalami jumper’s knee yang dikenal sebagai runner’s knee atau patellofemoral pain syndrome (PFPS).
Kondisi tersebut menyebabkan nyeri di bagian depan lutut, terutama saat berlari atau saat lutut ditekuk.
Jika pelari merasakan nyeri di sisi luar lutut saat berlari, bisa jadi hal itu jadi tanda iliotibial band syndrome (ITBS). Cedera ini terjadi akibat gesekan antara tendon iliotibial dan ujung tulang paha, dan umumnya muncul saat berlari dalam durasi lama.
Untuk mencegah risiko tersebut, pelari disarankan memperkuat otot paha secara rutin.
Tidak hanya itu, meniscus injury juga termasuk cedera yang perlu diwaspadai oleh pelari. Kondisi ini terjadi saat bantalan meniscus di dalam sendi lutut mengalami kerusakan akibat beban berlebih.
Baca Juga: Panduan Menangani Berbagai Cedera Pasca-Maraton dari Dokter Mayapada Hospital
Meniscus sendiri berfungsi sebagai peredam benturan setiap kali kaki menginjak permukaan saat berlari. Ketika otot tungkai melemah, risiko cedera ini pun semakin besar.
Adapun gejala yang muncul berupa nyeri pada lutut yang disertai keterbatasan gerak, seperti sulit menekuk atau meluruskan lutut secara maksimal.
Cedera lainnya adalah shin splints, yakni nyeri pada tungkai bawah yang muncul saat berlari. Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri yang meningkat saat disentuh atau ditekan di area sisi depan betis.
Jika mengalami salah satu cedera di atas, dr Reyner mengatakan bahwa kondisi tersebut dapat dicegah dengan persiapan yang tepat.
Dokter Reyner pun mengimbau untuk melakukan pemanasan sebelum latihan, pendinginan setelah beraktivitas, serta latihan kekuatan (strength training), khususnya pada otot-otot kaki.
“Jaga keseimbangan antara asupan nutrisi dan waktu istirahat untuk mempertahankan kondisi tubuh tetap prima. Jika nyeri masih dirasakan, segera konsultasikan ke dokter spesialis untuk penanganan sedini mungkin,” jelasnya.
Untuk diketahui, Mayapada Hospital Surabaya didapuk sebagai partner utama Surabaya Medic Air Run 202 dengan menghadirkan berbagai layanan, seperti edukasi "Safe Running", pemeriksaan EKG gratis, serta layanan Medical Check Up (MCU) Runner dan VO2max dengan harga spesial.
Peserta juga disarankan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter ahli di Mayapada Hospital Surabaya untuk menjaga performa tubuh tetap optimal. Konsultasi ini dapat membantu mengevaluasi kondisi tubuh secara menyeluruh dan menyusun strategi latihan yang lebih tepat sasaran.
Selain itu, Mayapada Hospital juga menyediakan layanan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) di unit-unit tertentu.
Layanan tersebut menyediakan akses layanan komprehensif, mulai dari pencegahan cedera, skrining pra-latihan, hingga peningkatan performa fisik, dengan dukungan tim dokter dan fisioterapis profesional, serta fasilitas modern, seperti gym, VO2 max, dan Body Composition Analysis.
Untuk konsultasi dengan dokter di SITPEC Mayapada Hospital juga dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun melalui aplikasi MyCare. Melalui aplikasi ini, Anda dapat menentukan jadwal pemeriksaan, konsultasi dokter, hingga mengakses layanan kegawatdaruratan dengan mudah.
Aplikasi tersebut juga memiliki fitur Health Articles & Tips yang berisi tip dan informasi seputar olahraga lari, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori yang terbakar, detak jantung, hingga body mass index (BMI).