Advertorial

Begini Prosedur Operasi Otak Sadar di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital

Kompas.com - 24/09/2024, 17:31 WIB

KOMPAS.com - Umumnya, operasi dilakukan dalam kondisi pasien tidak sadar atau tertidur. Namun, tahukah Anda ada prosedur operasi yang dilakukan saat pasien dalam keadaan sadar?

Prosedur itu disebut Awake Brain Surgery atau Operasi Otak Terjaga, yaitu tindakan pembedahan otak (kraniotomi) dengan kondisi pasien tetap terjaga selama operasi.

Tindakan tersebut dilakukan untuk menangani beberapa kondisi neurologis, seperti tumor otak dan epilepsi. Operasi ini diperlukan jika area bedah yang dituju dekat dengan bagian otak yang berisiko menimbulkan kejang, atau mengontrol fungsi vital seperti penglihatan, gerakan, dan bicara.

Dengan pasien yang sadar, dokter dapat memastikan operasi dilakukan di area otak yang tepat sehingga meminimalisasi kerusakan pada area otak yang sehat.

Keunggulan Awake Brain Surgery

Operasi otak dalam kondisi sadar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bedah otak konvensional.

Baca juga: Mayapada Hospital Bandung Berhasil Angkat Tumor di Belakang Hidung Tanpa Bekas Luka

Dokter Spesialis Bedah Saraf Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Zainy Hamzah SpBS(K), menjelaskan bahwa durasi Awake Brain Surgery lebih singkat, sekitar dua hingga tiga jam, serta meminimalisasi risiko kelainan fungsional tubuh (defisit neurologis).

“Pasien juga dapat pulih lebih cepat. Dalam kasus tumor otak, metode ini memungkinkan pengambilan jaringan tumor secara lebih maksimal,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (23/9/2024).

Sebelum menjalani operasi tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan saraf menyeluruh, seperti melalui MRI. Pemeriksaan ini berguna sebagai pembanding kondisi pasien sebelum dan sesudah operasi.

Selama operasi, pasien dibius dan akan dibangunkan saat dokter mengoperasi area vital otak. Pasien harus kooperatif dan mengikuti instruksi dokter untuk melakukan gerakan tertentu agar dokter dapat menilai respon dan fungsi otak.

Baca juga: Pasien Tumor Otak Berhasil Dioperasi Minimal Invasif di Mayapada Hospital Bandung

Risiko operasi dan cara meminimalisasinya

Setiap tindakan bedah memiliki risiko. Pada Awake Brain Surgery, pasien mungkin mengalami sejumlah risiko, seperti perubahan penglihatan, kejang, kesulitan bicara, gangguan ingatan, keseimbangan, perdarahan, radang otak, hingga kelumpuhan.

"Untuk meminimalisasi risiko, dokter akan melakukan pemantauan intra operasi dengan alat khusus yang membantu memonitor saraf yang berfungsi serta mengantisipasi komplikasi yang mungkin muncul," tambah dr Zainy.

Layanan khusus di Tahir Neuroscience Center

Awake Brain Surgery memerlukan keahlian tinggi dari dokter spesialis bedah saraf dan dilakukan di layanan kesehatan berstandar internasional, seperti Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital.

Baca juga: Tindakan LAA Closure Mampu Menurunkan Risiko Stroke hingga 90 Persen pada Pasien Aritmia

Fasilitas tersebut unggul dalam menangani kasus-kasus saraf, otak, dan tulang belakang, termasuk operasi kompleks seperti Awake Brain Surgery.

Di Tahir Neuroscience Center, setiap penanganan dilakukan secara komprehensif oleh tim dokter multispesialis dengan fasilitas dan peralatan medis canggih.

Selain Awake Brain Surgery, fasilitas tersebut juga menangani berbagai kasus lainnya, seperti penanganan Parkinson dengan deep brain stimulation, operasi saraf tulang belakang minimal invasif, operasi tumor tulang belakang, hingga pemulihan stroke dengan neurorestorasi yang meningkatkan peluang pasien untuk pulih dari stroke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau