KOMPAS.com - Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang mesti ditunaikan oleh seluruh muslim. Utamanya, bagi mereka yang mampu, baik secara fisik maupun ekonomi.
Calon jemaah haji perlu mempersiapkan sejumlah hal agar ibadah haji berjalan lancar, mulai dari finansial hingga kesehatan.
Adapun aspek kesehatan perlu menjadi perhatian ekstra lantaran ibadah haji melibatkan banyak aktivitas fisik, seperti berjalan kaki jarak jauh dan berdiri dalam waktu yang lama, khususnya saat melakukan ritual wukuf di Arafah.
Oleh karena itu, mempersiapkan kondisi fisik dan memastikan jantung menjadi hal yang tak boleh ditawar oleh setiap calon jemaah.
Perlu diketahui, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), masalah kardiovaskular seperti jantung jadi salah satu penyebab kematian terbanyak jemaah haji.
Baca Juga: Aritmia, Kondisi Jantung Berdebar Tak Normal yang Ancam Kaum Produktif
Pada ibadah haji 2023, orang yang mengalami masalah jantung hingga hari ke-25 disebutkan mencapai 78 orang dengan 42 di antaranya meninggal dunia.
Menurut Dokter Spesialis Jantung Konsultan Kardiologi Intervensi dan Kardiovaskular Intensivist dr Fahmi Idrus Shahab SpJP(K), FIHA, dari Mayapada Hospital Bogor, risiko masalah jantung yang dialami oleh jemaah umumnya disebabkan karena faktor usia dan riwayat kesehatan.
“Misalnya, laki-laki dengan usia di atas 45 tahun dan perempuan dengan usia di atas 55 tahun. Lalu, ada juga yang punya riwayat penyakit, seperti penyerta (komorbid) hipertensi, diabetes, dan obesitas,” ujar dr Fahmi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (28/5/2024).
Baca Juga: Jadi Penyebab Utama Kematian di Indonesia, Ini Cara Tepat Penanganan Jantung Koroner
Untuk menghindari risiko jantung saat ibadah haji, dr Fahmi pun mengimbau kepada para calon jemaah yang mengidap penyakit jantung agar lebih waspada terhadap terhadap tanda-tanda serangan penyakit tersebut.
Selain itu, calon jemaah juga harus merencanakan persiapan fisik serta melakukan pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan kesehatan dan keselamatannya selama menjalani ibadah haji.
“Jemaah haji perlu waspada ketika merasakan beberapa hal, seperti tiba-tiba nyeri hebat di dada sebelah kiri dan menjalar ke leher, rahang, dan bahu. Kemudian, merasa sesak napas, kelelahan ekstrem, keringat dingin, dan nyeri ulu hati. Jika merasakan tanda-tanda tersebut, segera minta bantuan ke tenaga kesehatan terdekat,” ucap dr fahmi.
Bagi jemaah haji dengan gangguan jantung, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit gagal jantung yang sedang dalam proses terapi, dr Fahmi meminta agar mereka mengonsumsi obat yang telah diberikan dokter jantung secara rutin.
Jika obat tersebut habis di tengah ibadah haji, jemaah diminta untuk segera melapor kepada tenaga kesehatan haji (TKH) sesuai dengan kloter atau kelompok terbang.
Sebab, dalam pelaksanaan tugasnya, TKH dibekali obat-obatan dan perbekalan kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan jemaah haji.
Baca Juga: Mengenal TEVAR, Tindakan Minimal Invasif untuk Penanganan Aneurisma Jantung
Penyaluran obat-obatan untuk TKH umumnya dilakukan melalui depo obat yang berada di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Pemeriksaan jantung seperti EKG sebelum ibadah haji juga jadi hal yang penting perlu dilakukan. Ini agar jemaah haji dengan faktor risiko penyakit jantung dapat terdeteksi dan terhindar dari serangan jantung,” kata dr Fahmi.
Sementara itu, Dokter Spesialis Jantung Konsultan Kardiologi Intervensi di Mayapada Hospital Bandung dr Nizamuddin Ubaidillah SpJP (K) FIHA memberikan tip untuk menjaga kondisi kesehatan jantung bagi para jemaah haji.
Salah satunya, jemaah harus bisa mengatur ritme atau pola aktivitas harian selama ibadah haji.
“Hal itu bertujuan agar jamaah haji tidak kelelahan dan bisa mempersiapkan diri lebih baik menjelang puncak ibadah haji atau prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Bagi jemaah yang memiliki penyakit jantung, penting untuk menghindari aktivitas fisik yang berat. Beraktivitaslah sesuai kemampuan karena kelelahan akibat aktivitas berat dapat memicu timbulnya serangan jantung,” jelas dr Nizamuddin.
Baca Juga: Bedah Jantung Anak Kini Lebih Nyaman dengan Teknik Minimal Invasif
Untuk menghindari kelelahan, tambah dr Nizamuddin, penggunaan kursi roda bagi jemaah yang memiliki gangguan jantung juga disarankan.
Dengan begitu, jemaah dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar sesuai kemampuan fisik dan karena tidak memaksakan diri
Menjaga kondisi kesehatan jantung dengan ketat adalah hal yang sangat penting dilakukan bagi setiap orang yang ingin menjalani ibadah haji. Terlebih, bagi jemaah yang memiliki gangguan jantung.
Semua persiapan kesehatan tersebut harus dilakukan dari jauh-jauh hari atau satu tahun sebelum keberangkatan.
Sebagai informasi, dr Fahmi dan dr Nizamuddin adalah dokter spesialis jantung yang berpraktik di Cardiovascular Center Mayapada Hospital.
Keduanya dapat membantu Anda dalam mempersiapkan dan memberikan penanganan secara holistik untuk para calon jamaah sebelum berangkat ibadah haji.
Setelah tuntas melaksanakan ibadah haji, para jemaah haji juga dapat mengecek kondisi jantungnya kembali.
Apabila merasakan kelelahan atau tidak nyaman pada jantung, jemaah dapat menghubungi layanan kegawatdaruratan jantung di Mayapada Hospital yang siaga 24 jam penuh.
Cardiovascular Center Mayapada Hospital sendiri adalah salah satu layanan unggulan berstandar internasional dari Mayapada Hospital.
Pusat kardiovaskular tersebut dapat menangani berbagai kasus jantung secara komprehensif dan tersedia di seluruh unit Mayapada Hospital yang ada di Jakarta, Tangerang, Bogor, Surabaya, dan Bandung.
Baca Juga: Pantau Kesehatan Jantung dengan CT Scan Jantung Berkala