Advertorial

Pelari Maraton Tak Perlu Panik, Begini Penanganan Tepat Saat Cedera

Kompas.com - 29/07/2024, 11:34 WIB

KOMPAS.com – Gelaran lari maraton Pocari Sweat Run Indonesia 2024 baru saja usai. Acara yang digelar di Bandung pada 20-21 Juli 2024 ini mengundang antusias pelari, baik yang berpengalaan maupun pemula.

Sebagai informasi, lari maraton merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari masyarakat. Meski jarak larinya panjang, pemula sekalipun kerap tertantang untuk mengikutinya.

Jika Anda juga tertarik dan tergolong pemula, sebaiknya ketahui risiko cedera yang bisa saja ditimbulkan.

Baca juga: Kembali Jadi Official Partner Pocari Sweat Run 2024, Berikut Layanan Mayapada Hospital

Perlu diketahui,risiko cedera menjadi tantangan bagi pelari yang tidak mempersiapkan diri dengan baik. Pelari maraton pada dasarnya wajib mempersiapkan ketahanan tubuh dan memahami teknik berlari secara tepat.

Adapun cedera biasanya dialami saat pelari emmpertahankan kecepatan untuk menempuh jarak jauh saat maraton.

Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) Konsultan Cedera Olahraga dari Mayapada Hospital Bandung, dr Alvin Danio Harta Da Costa, SpOT, SubspCO (K), mengamini hal itu.

Baca juga: Penting buat Peserta Pocari Sweat Run 2024 Penuhi Kecukupan Nutrisi dan Hidrasi

“Pasca-marathon, tubuh pasti mengalami kelelahan yang luar biasa akibat energi yang terpakai saat berlari sangat besar. Risiko cedera setelah berlari tentu semakin tinggi bila teknik lari kurang tepat, pemilihan pakaian dan sepatu yang tidak sesuai, atau memang memiliki riwayat cedera sebelumnya,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (26/7/2024).

Dokter Alvin sering kali mendapati jenis cedera yang paling sering dialami pelari. Pada urutan pertama adalah ankle sprain atau terkilir (keseleo). Meski terlihat sepele, cedera ini dapat berulang jika tidak ditangani dengan baik.

Selain itu, ada pula cedera Runner’s Knee atau Patello-Femoral Pain Syndrome dan Jumper’s Knee atau Patellar Tendinopathy. Cedera ini membuat penderitanya merasakan sakit di sekitar lutut depan setelah lari.

Baca juga: Jantung Berdebar Tak Karuan Saat Berolahraga, Ini Rahasia Aman untuk Penderita Aritmia

Cedera tersebut mirip dengan Jumper’s Knee atau Patellar Tendinopathy, tetapi mekanismenya berbeda. Lokasi nyeri pada Jumper’s Knee lebih terpusat persis di bawah lutut akibat peradangan pada tendon yang menghubungkan tempurung lutut dengan tulang kering.

Lain halnya bila nyeri yang dirasakan ada di sisi samping luar lutut yang kemungkinan disebabkan karena Illio-Tibial Band Syndrome yang terjadi akibat peradangan pada ilio-tibial band, yaitu jaringan yang berjalan dari pinggul hingga sisi luar lutut. Rasa nyeri terutama dirasakan saat berlari di lintasan menurun atau setelah menempuh jarak jauh.

Cedera berikutnya adalah Plantar Fascitis, yakni peradangan pada plantar fascia atau jaringan tebal di bagian bawah kaki yang menghubungkan tumit dengan jari kaki. Salah satu gejalanya adalah rasa sakit tajam di bagian bawah tumit, terutama saat bangun pada pagi hari.

Baca juga: Runners Wajib Tahu, Pelajari Metode RICE untuk Pertolongan Pertama Ketika Cedera

Selain itu, ada satu cedera yang menurut dr Alvin tidak langsung menimbulkan gejala, yaitu Meniscus Injury.

“Meniscus adalah jaringan yang berada di rongga sendi lutut dan berfungsi sebagai bantalan ketika mengentakkan kaki saat berlari. Kalau otot tungkai mengalami kelemahan, maka penderita dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada bantalan meniscus akibat beban yang berlebihan,” jelas dr Alvin.

Jangan panik dan atasi dengan tepat

Jika mengalami cedera, Dokter Spesialis Ortopedi dari Mayapada Hospital Surabaya, dr Reyner Valiant Tumbelaka, M.KedKlin, SpOT mengimbau pelari untuk tidak panik. Sebaliknya, langsung tangani dengan tepat agar segera pulih.

Baca juga: Mana Lebih Penting untuk Runner, Running Pace atau Heart Rate?

“Penanganan pertama yang umum saat cedera akibat lari maraton ataupun olahraga lainnya adalah metode Rest, Ice, Compress, Elevate (RICE). Metode ini efektif pada 24 hingga 36 jam pertama cedera. Namun, jika kondisi tidak membaik, segera konsultasi ke dokter,” sambung dr Reyner.

Penderita yang cedera tetap harus waspada bila setelah dilakukan metode RICE, cedera tak membaik.

Apalagi, ditemui tanda-tanda, seperti bengkak dan nyeri bertambah parah, adanya benjolan atau perubahan bentuk, terdengar bunyi saat sendi digerakkan, kelemahan dan ketidakmampuan melakukan aktivitas dan menopang badan, kehilangan keseimbangan, kesulitan bernafas, dan demam.

Dalam kondisi itu, penanganan lanjut dibutuhkan, mulai, dari pendekatan non-operatif hingga operatif tergantung jenis cederanya.

Baca juga: Benarkah Olahraga Lari Bisa Jadi Investasi untuk Kesehatan Jantung?

Dokter Spesialis Ortopedi dari Mayapada Hospital Tangerang, dr Petrasama, SpOT (K) menambahkan bahwa penanganan non-operatif bisa jadi cara terbaik.

“Penanganan cedera non-operatif dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri dan meredakan pembengkakan,” jelasnya.

Kemudian, dilakukan imobillisasi atau mengurangi pergerakan anggota tubuh supaya mencegah kerusakan yang semakin parah.

Baca juga: Dukung Keselamatan Pelari di Pocari Sweat Run Indonesia 2024, Ini Inisiatif Mayapada Hospital

“Ini dapat dilakukan menggunakan elastic bandage ringan dan light brace yang berfungsi sebagai penopang eksternal. Modalitas fisioterapi dan rehabilitasi dapat berupa sport massage, stimulasi listrik melalui kulit, ultrasound, terapi gelombang kejut (shockwave), laser ataupun latihan ruang gerak sendi serta penguatan otot. Hal ini dilakukan secara komprehensif untuk mempercepat pemulihan pasca cedera, mengembalikan fungsi sampai siap berolahraga dan beraktivitas kembali,” terangnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Ortopedi (Tulang dan Traumatologi) Konsultan Cedera Olahraga Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Sapto Adji Hardjosworo, SpOT (K), melanjutkan, penanganan cedera yang lebih lanjut dapat dilakukan melalui tindakan artroskopi.

“Tindakan ini adalah operasi sendi dengan teknik minimal invasif untuk diagnosis sekaligus penanganan masalah di dalam sendi. Keunggulan teknik ini adalah sayatan minimal sehingga nyeri dan risiko infeksi lebih kecil dan pemulihan berlangsung cepat,” ujarnya.

Meski begitu ia menekankan bahwa tindakan operasi dilakukan berdasarkan evaluasi dan diagnosis dari pemeriksaan yang komprehensif.

Baca juga: Cardiac Emergency Mayapada Hospital, Solusi Cepat Atasi Gawat Darurat Jantung

Sebagai informasi, dr Alvin, dr Petra, dr Reyner, dan dr Sapto merupakan dokter spesialis ortopedi berpengalaman yang dapat membantu runner dalam pemulihan cedera. Keempat dokter tersebut dapat ditemui di layanan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) Mayapada Hospital. Layanan SITPEC dikhususkan bagi para atlet atau pencinta olahraga pada umumnya untuk mendapatkan penanganan cedera, perawatan pascacedera, termasuk program peningkatan performa olahraga.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital merupakan Official Hospital Partner dalam Pocari Sweat Run Indonesia 2024 untuk mewujudkan #saferunning.

Pada tahun kedua menjadi partner kesehatan resmi di ajang lari maraton tersebut, Mayapada Hospital berinovasi meningkatkan layanan kesehatan untuk runner, salah satunya dengan menghadirkan asesmen kesehatan mandiri (self health assessment) yang perlu diisi runner sebelum kompetisi lari dimulai.

Hal itu bertujuan sebagai pencegahan cedera dan kasus kegawadaruratan yang dapat dialami saat acara berlangsung.

Untuk diketahui, Mayapada Hospital untuk memastikan kesehatan dan keselamatan kepada lebih dari 13.000 peserta pada gelaran tersebut.

Mayapada Hospital menyediakan dokter spesialis, dokter umum, perawat, dan fisioterapis yang bersinergi untuk menangani pelari saat cedera, menyediakan ambulans yang siaga dan mengawal berjalannya acara, serta menyediakan alat kesehatan lengkap untuk mini ICU.

Selain itu, Mayapada Hospital juga memberikan promo Medical Check Up (MCU) untuk pelari yang dapat digunakan setelah event Pocari Sweat Run Indonesia 2024 usai agar pelari dapat melakukan pemulihan pasca-maraton danmeningkatkan performa lari di acara selanjutnya yang akan mereka ikuti.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau